Pandemi virus corona menjadi penyebab pendapatan maskapai global anjlok



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Komisaris Utama maskapai penerbangan Virgin Atlantic Peter Norris dikabarkan bakal menulis surat kepada Perdana Menteri Inggris Boris Johnson pada hari Senin (16/3) mendatang. Dalam artikel yang dimuat Reuters, Minggu (15/3) Norris mengatakan industri penerbangan negara tersebut membutuhkan dukungan darurat pemerintah senilai 7,5 miliar pound atau sekitar US$ 9,2 miliar.

Hal tersebut merupakan insentif dari adanya risiko hilangnya puluhan ribu pekerjaan di industri penerbangan, menurut laporan dari Sky News yang dirilis Sabtu (14/3). Surat tersebut juga akan melingkupi permintaan agar pemerintah Inggris memberikan insentif keringanan bagi perusahaan maskapai penerbangan yang memiliki fasilitas kredit.

Baca Juga: Pasangan EUR/GBP diprediksi melanjutkan tren bullish


Sebab, dalam kondisi ekonomi yang serba loyo dan permintaan penerbangan yang sepi akibat pandemi corona (Covid-19), maskapai penerbangan bakal menghadapi periode potensial penurunan pendapatan.

Prediksi penurunan pendapatan maskapai penerbangan ini terjadi secara global. Apalagi hampir seluruh maskapai telah merasakan penurunan penumpang yang drastis. Misalnya saja, British Ariways yang telah memangkas 432 penerbangan dari periode 16 Maret hingga 28 Maret 2020 ini. Termasuk, penerbangan dari London, New York dan beberapa wilayah di Eropa termasuk Italia, Prancis dan Jerman. Begitu pula Ryanair, salah satu maskapai terbesar di Eropa berencana untuk memangkas seperempat dari rata-rata penerbangan hariannya pada periode 17 Maret-8 April 2020.

Dari beberapa contoh tersebut, bisa dipastikan pendapatan maskapai penerbangan bakal merosot. Menurut International Air Transport Association (IATA) pada tahun ini diproyeksikan dalam dua pekan terakhir ada penurunan pendapatan hingga US$ 30 miliar secara global di bisnis ini. Kabar buruk ini terus berlanjut, mengingat pandemi corona telah meluas ke beberapa negara di dunia.

Direktur Jenderal IATA Alexandre de Juniac mengatakan, mayoritas penurunan tersebut disebabkan oleh merosotnya jumlah penerbangan dari dan ke wilayah di Asia. "Kami meminta para regulator di dunia untuk membantu industri dalam kondisi darurat ini," katanya dalam artikel yang dimuat TheGuardian, (2/3) lalu.

Baca Juga: Terburuk setelah Italia, Spanyol lakukan lockdown sebagian akibat corona

Editor: Handoyo .