Pefindo merevisi rating KIK EBA Mandiri GIAA01, kenapa?



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) merevisi peringkat Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK EBA) Mandiri GIAA01 Kelas A milik PT Garuda Indonesia dari idCCC(sf)(cg) menjadi idBB(sf)(cg). 

Pefindo menyatakan, pemberian peringkat tersebut didasarkan atas penilaian ulang atas pembayaran porsi amortisasi pokok senilai Rp 360 miliar pada 2 September 2020 dari jadwal seharusnya 27 Juli 2020. 

Proses klaim oleh PT Mandiri Manajemen Investasi (MMI) selaku manajer investasi kepada PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo) sebagai penjamin pokok transaksi telah ditarik. Sebab, Garuda mampu menyediakan dana untuk membayar kewajiban tersebut. 


Baca Juga: Pefindo berikan peringkat idAAA untuk PT Indonesia Power

"Karena adanya klausul force majeur atau risiko politik di dalam penjaminan tersebut yang menyebutkan perhentian penerbangan dari Jeddah dan Madinah ke Indonesia dan sebaliknya, selama penghentian tersebut masih berlaku," kata Pefindo dalam keterangan resmi, Jumat (18/9). 

Pihaknya berpandangan bahwa penjaminan Askrindo memiliki dampak yang jauh lebih kecil terhadap peringkat KIK EBA, dibandingkan dengan pada saat pengkajian peringkat yaitu awal penerbitan KIK EBA. Pada saat itu, tidak memperkirakan dampak pandemi Covid-19. 

"Kami juga merevisi prospek peringkat perusahaan menjadi negatif dari Creditwatch dengan implikasi negatif setelah realisasi pembayaran amortisasi pokok tersebut," jelas Pefindo. 

Menurutnya, prospek negatif mencerminkan profil kredit Garuda masih lemah dan rentan memburuk karena kenaikan kasus Covid-19 dan penerapan kembali Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Jakarta. "Hal ini dapat membalikkan tren kenaikan permintaan penerbangan domestik dan memberikan tekanan tambahan bagi arus kas dan posisi likuiditas Garuda Indonesia dan KIK EBA," terangnya. 

Baca Juga: Prospek KIK EBA di tengah pandemi Covid-19

Kondisi tersebut lebih dominan dari rencana pembukaan penerbangan internasional sebagian oleh pemerintah Arab Saudi tapi belum ada kejelasan kapan itu terealisasi. Padahal pembukaan akses penerbangan tersebut akan mendukung kas KIK EBA. 

Selain itu, terdapat kemungkinan penundaan realisasi program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) senilai Rp 8,5 triliun dalam estimasi Pefindo, dapat mendukung operasi perusahaan lebih lanjut untuk tiga hingga enam bulan ke depan.

Editor: Tendi Mahadi