KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memproyeksikan penerbitan surat utang korporasi di 2020 lebih tinggi dari penerbitan surat utang korporasi di 2019. Berdasarkan pemaparan publik, Selasa (19/11), penerbitan surat utang korporasi hingga Oktober 2019 mencapai Rp 116,25 triliun.
Baca Juga: Perusahaan pembiayaan sudah terbitkan surat utang Rp 47,84 triliun per Oktober 2019 Ekonom Pefindo, Fikri C. Permana memproyeksikan, penerbitan surat utang korporasi di akhir tahun ini bisa mencapai Rp 135,2 triliun. Proyeksi tersebut berdasar pada mandat penerbitan surat utang per November yang belum listing sebesar Rp 18,28 triliun. Sementara, jumlah obligasi jatuh tempo di tahun ini sekitar Rp 113 triliun. Namun, proyeksi penerbitan surat utang korporasi tersebut memang hanya tumbuh tipis bila dibandingkan dengan total penerbitan surat utang korporasi di tahun lalu yang sebesar Rp 132,42 triliun. Fikri mengatakan tahun politik menjadi penyebab tertahannya penerbitan surat utang korporasi. Selain itu, di awal tahun lalu, suku bunga BI
seven days reverse repo rate (BI7DRRR) masih dalam posisi rendah dan baru naik di akhir tahun. Alhasil, di awal tahun ini, suku bunga tinggi masih terasa dan baru di semester II suku bunga baru turun.
Baca Juga: Ini strategi bank BUKU III untuk memacu kinerja hingga akhir tahun Namun, Fikri optimistis penerbitan surat utang korporasi di 2020 bisa lebih banyak dengan target Rp 158,5 triliun. Sentimen positif yang mendorong penerbitan adalah suku bunga acuan sudah turun ke 5%.
Fikri memproyeksikan suku bunga masih lanjut menurun sebesar 50 basis poin (bps) di tahun depan. Dengan begitu, yield bisa ikut turun dan
cost of fund korporasi dalam menerbitkan surat utang korporasi jadi lebih rendah. Sementara itu, Research Analyst Capital Asset Management Desmon Silitonga, mengatakan, suku bunga BI yang paling rendah adalah di 4,75%, maka di tahun depan ruang penurunan suku bunga sebesar 25-50 bps.
Baca Juga: Berada di kisaran US$ 1,7 triliun, valuasi Saudi Aramco tak capai target Namun, Desmon menilai penurunan suku bunga tersebut bersifat terbatas, artinya
cost of fund di 2020 cenderung flat.
Editor: Noverius Laoli