Pencadangan Bank Mengempis pada Tahun Lalu, Ini Alasannya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pesta bank menikmati laba bersih jumbo terus berlanjut hingga akhir 2022. Kelompok bank besar berhasil melipatgandakan profit karena kenaikan pendapatan bunga dan non bunga serta memangkas pencadangan. 

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk secara konsolidasi berhasil membukukan pertumbuhan laba bersih 46,89% secara year on year (YoY) menjadi Rp 41,17 triliun pada 2022. Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri Sigit Prastowo menyatakan laba bersih itu ditopang oleh pendapatan bunga bersih yang naik 20,31% menjadi Rp 87,90 triliun. 

Ini berkat kenaikan penyaluran kredit yang tumbuh 14,48% YoY menjadi Rp 1.202,23 triliun ditopang oleh segmen wholesale. Lalu, pendapatan non bunga  naik 9,01% menjadi Rp 35,18 triliun. 


“Namun biaya provisi atau CKPN mengalami penurunan 17,50% menjadi 16,12 triliun pada tahun lalu. Memang, rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) ikut turun 93 basis poin (bps) secara tahunan menjadi 1,88% pada tahun lalu,” ujar Sigit pada Selasa (31/1). 

Baca Juga: BTN Perkuat Ekosistem untuk Mencapai Target Jadi Bank KPR Terbaik Asean

Kendati demikian,  Bank Mandiri juga telah melakukan pengelolaan portofolio kredit untuk mengantisipasi potensi penurunan kualitas, termasuk dengan menyediakan pencadangan yang mencukupi. Sehingga meski NPL relatif menurun, perseroan tetap melakukan peningkatan rasio pencadangan atau NPL coverage ratio mencapai sebesar 311% pada akhir tahun 2022. 

Restrukturisasi kredit terdampak Covid-19 pun konsisten menunjukkan tren yang melandai seiring dengan momentum pertumbuhan ekonomi. Sampai dengan akhir Desember 2022 total restrukturisasi kredit terdampak Covid-19 (bank only) di Bank Mandiri yaitu sebesar Rp 35,9 triliun, posisi ini bahkan sudah jauh menurun dibandingkan kondisi akhir tahun 2021 yang mencapai Rp 69,7 triliun. 

Sebagai langkah antisipasi potensi penurunan kualitas kredit, kami terus menjaga pembentukan pencadangan. Per akhir Desember 2022, Bank Mandiri telah membukukan biaya CKPN secara bank only sebesar Rp 10,3 triliun dengan rasio NPL coverage berada di level yang memadai. 

Bank Mandiri menargetkan kredit di 2023 bisa tumbuh 10% hingga 12% dengan menjaga NPL di bawah 2%. Ini seiring semakin perbaikan kredit berisiko tinggi alias loan at risk (LAR) yang terus turun dari puncaknya di 17,75% menjadi 12,1% pada akhir 2022. 

Bank Mandiri  bisa turun jadi 8% hingga 9% dari total portofolio kredit di akhir 2023 seiring membaiknya debitur yang sempat masuk program restrukturisasi.   

Adapun Bank BCA mencatatkan laba bersih secara konsolidasi naik 29,6% YoY mencapai Rp 40,7 triliun di tahun 2022. Kinerja laba ini ditopang oleh pendapatan bunga bersih yang meningkat 13,6% menjadi Rp 64,14 triliun seiring dengan pertumbuhan kredit 11,7% menjadi Rp 711,26 triliun. 

Diikuti kenaikan pendapatan non bunga 5,8% menjadi Rp 22,67 triliun. Seiring dengan itu, BCA juga memangkas pencadangan 51,5% menjadi Rp 4,52 triliun. Meskipun NPL BCA berhasil ditekan hingga ke posisi 1,7% pada tahun lalu. 

Direktur Keuangan BCA Vera Eve Lim menyatakan secara keseluruhan kredit ditargetkan bisa tumbuh 10% hingga 12% tahun ini. Artinya, potensi kenaikan pendapatan bunga akan terus berlanjut. 

Baca Juga: Tumbuh 48,4%, Transaksi Livin' by Mandiri Tembus Rp 2.435 triliun di Sepanjang 2022

Tak mau kalah, Bank BNI berhasil mencatatkan pertumbuhan laba bersih 68% yoy menjadi Rp 18,31 triliun pada 2022 lalu. Ditopang oleh kenaikan pendapatan bunga bersih 8,0% yoy menjadi Rp 41,32 triliun. 

Lalu pendapatan bunga yang melompat 8,7% YoY menjadi Rp 14,82 triliun. Meskipun BNI juga memotong biaya pencadangan hingga 37,1% menjadi Rp 11,51 triliun. Seiring kemampuan BNI menekan NPL dari 3,7% menjadi 2,8% tahun lalu. 

“Ke depannya, BNI akan fokus untuk mengoptimalkan pendapatan bunga bersih dan pendapatan berbasis komisi (fee based income),” ujar Direktur Keuangan BNI Novita Widya Anggraini kepada KONTAN. 

Editor: Tendi Mahadi