Pendapatan Indika Energy (INDY) Menyusut di Semester I/2023, Ini Penyebabnya



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Kinerja PT Indika Energy Tbk (INDY) terkoreksi sepanjang semester pertama 2023. Penurunan kinerja ini sejalan dengan koreksi pendapatan yang dialami oleh anak usaha INDY.

INDY membukukan pendapatan senilai US$ 1,67 miliar, menurun 13,7% dari pendapatan di semester pertama 2022 yang mencapai US$ 1,83 miliar.

Penurunan pendapatan terutama berasal dari target volume produksi anak usaha INDY, yakni Kideco Jaya Agung (Kideco) yang turun menjadi 31 juta ton pada tahun ini, sesuai persetujuan Pemerintah. 


Kinerja INDY juga dipengaruhi oleh curah hujan yang tinggi, dan turunnya produktivitas kontraktor yang berdampak pada operasional pertambangan batubara di Kideco.

Baca Juga: Intip Rekomendasi Saham dari BRI Danareksa untuk Perdagangan Selasa (1/8)

Pada enam bulan pertama 2023, volume penjualan batubara Kideco turun sebesar 11,7% menjadi 15 juta ton. Kideco mencatat harga jual batubara yang relatif stabil di level US$ 82,3 per ton pada semester pertama 2023, dibandingkan harga rata-rata batubara ICI-4 yang digunakan sebagai benchmark yang mengalami penurunan sebesar 17,9% menjadi US$ 70,5 per ton dari sebelumnya US$ 85,9 per ton pada priode yang sam tahun 2022.

 
INDY Chart by TradingView

Indika Indonesia Resources mencatat penurunan pendapatan sebesar 27,0% menjadi US$ 275,4 juta, didorong oleh penurunan volume perdagangan batubara menjadi 1,7 juta ton dan penurunan harga jual batubara sebesar 1,9% menjadi US$ 72,6 per ton. 

Akan tetapi, pendapatan Multi Tambang Jaya Utama (MUTU) meningkat 19,2% menjadi US$ 146,8 juta, yang didorong oleh kenaikan volume penjualan batubara sebesar 54,1% menjadi 1 juta ton dengan harga jual rata-rata batubara sebesar US$ 148,1 per ton.

Tripatra mencatatkan penurunan pendapatan sebesar 5,1% menjadi US$ 127,2 juta akibat dari menurunnya pendapatan dari proyek BP Tangguh sebesar 12,2% menjadi US$ 105,0 juta. 

Baca Juga: Saham Emiten Komoditas Energi Berpeluang Rebound, Intip Rekomendasi Sahamnya

Namun demikian, perusahaan logistik terintegrasi Interport Mandiri Utama (Interport) mencatatkan kenaikan pendapatan sebesar 239,7% menjadi US$ 57,0 juta, dimana US$ 13,9 juta di antaranya berasal dari usaha logistik laut Cotrans sebesar US$ 34,2 juta dan terminal penyimpanan bahan bakar Kariangau Gapura Terminal Energi (KGTE) sebesar US$ 13,9 juta.

Sementara itu, sejumlah beban INDY turut naik. Seperti beban penjualan, umum dan administrasi  meningkat sebesar 28,7% menjadi US$ 119,2 juta dibandingkan US$ 92,6 juta pada enam bulan pertama  2022.

Editor: Noverius Laoli