Peneliti Indef: Penurunan BBM tak hanya perhatikan harga minyak mentah



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Wacana penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) mengemuka sejalan dengan tren penurunan harga minyak mentah dunia yang kini bergerak di level US$ 20- US$ 30 per barel. Pemerintah pun tengah mengkaji dampak dari penurunan harga minyak terhadap perekonomian, juga terhadap potensi penyesuaian harga BBM.

Namun, Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menilai, penurunan harga BBM di tengah tekanan pandemi virus corona bukan lah hal yang sederhana. 

Peneliti Indef Abra P. G. Talattov mengatakan, harga minyak dunia yang turun signifikan memang menjadi momentum untuk menurunkan harga BBM. Apalagi, di tengah pandemi virus corona, penurunan harga BBM bisa menjadi stimulus langsung yang diterima masyarakat luas. 


Baca Juga: Harga BBM Pertamina bisa turun kalau harga minyak tetap rendah di akhir bulan ini

"Ini bisa mengkompensasi pengeluaran masyarakat, menjadi stimulus langsung yang bisa menjaga daya beli. Ditambah momentum penurunan harga minyak, ada semacam justifikasi pemerintah mempertimbangkan penurunan harga BBM," katanya kepada Kontan.co.id, Kamis (19/3).

Hanya saja, Abra mencatat ada sejumlah pertimbangan lain yang harus dicermati pemerintah. Antara lain, sebagai efek gulir virus corona, penurunan harga minyak dunia saat ini dibarengi dengan melemahnya kurs rupiah yang kini bergerak menuju Rp 16.000 per dolar Amerika Serikat (AS).

Kondisi ini tentu bakal menjadi pertimbangan penting bagi badan usaha penjual BBM maupun bagi pemerintah yang menghitung dampaknya secara ekonomi makro.

Di sisi lain, pemerintah juga pasti akan berhitung dari sisi potensi kehilangan penerimaan negara. Abra menerangkan, ancaman nyata jika harga minyak terus menurun ialah target penerimaan negara, baik pajak maupun Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sektor migas berpotensi kembali meleset dari target.

Editor: Anna Suci Perwitasari