Perang dunia ketiga telah dimulai?



KONTAN.CO.ID -  Kepala Komite Hubungan Luar Negeri Senat, Amerika Serikat, Peter D. Zimmerman, dalam artikelnya yang diterbitkan di www.military.com menuliskan bahwa sesungguhnya perang dunia ketiga telah dimulai.

Perang dunia ketiga ini berbeda dengan perang dunia pertama dan kedua yang menggunakan senjata. Perang dunia ketiga menurutnya adalah pertempuran tanpa bom atau peluru.

"Musuh kita adalah Virus Sars-Cov-2, yang menyebabkan Covid-19. Ini memiliki satu tujuan: Menaklukan sel Anda dan mengubahnya menjadi pabrik untuk membuat leibh banyak virus," tulis Zimmerman dalam opininya yang dipublikasikan pada 29 Oktober 2020 lalu.


Ia menguraikan bahwa AS telah kalah perang dengan sangat parah. Sekitar 400.000 tentara AS tewas dalam 43 bulan pertempuran dalam perang dunia II.

Baca Juga: Putin: Gabungan militer Rusia-China akan lebih kuat daripada AS

Sementara 203.000 orang AS telah tewas dalam tujuh bulan pertama perang dunia III. "Fakta: Orang Amerika terbunuh oleh virus ini dengan kecepatan tiga kali lebih cepat daripada tentara kita yang terbunuh oleh peluru Jerman dan Jepang," ujar Zimmerman.

Zimmerman melanjutkan, selama beberapa bulan sepertinya AS menang, tetapi virus telah membuka front baru dan menjajah wilayah baru. Gelombang ketiga virus corona ini telah menyebar ke seluruh Amerika Serikat.

Terlepas dari optimisme Presiden AS Donald Trump, tidak ada pengobatan yang terbukt ampuh untuk mematikan virus ini. Demikian, juga, Zimmerman bilang, tidak ada vaksin yang memberikan perlindungan nyata.

"Kita semua merupakan umpan meriam dalam perang ini, dan inilah saatnya untuk mengakui faktanya. Tapi kita bukannya tidak berdaya. Sama seperti pasukan kita yang mengenakan pelindung tubuh sebelum berperang, kita memiliki perlindungan fisik," tuturnya.

Baca Juga: Survei: Warga Arab melihat Iran di antara tiga ancaman teratas bagi AS

"Sama seperti jenderal kita mempelajari strategi dan taktik untuk mengalahkan musuh manusia, kita tahu bagaimana menggunakan sumber daya kita untuk mengakhiri pemerintahan teror virus corona ini," tambahnya.

Tapi pertama-tama, Zimmerman menjelaskan, misalkan sejumlah negara berhasil mendapat vaksin pada akhir tahun 2020. Jika seperti kebanyakan vaksin, ini hanya akan efektif 50% sampai 80%.

"Bahkan jika Anda pernah mengalami suntikan, jika Anda terpapar virus, Anda dapat memiliki peluang untuk terinfeksi," sambungnya.

Editor: Noverius Laoli