Perdana, latihan gabungan militer Korea Selatan dan AS berpotensi batal dilakukan



KONTAN.CO.ID - SEOUL. Gelombang kedua virus corona yang merebak di Korea Selatan berpotensi menggagalkan rencana latihan gabungan antara Negeri Ginseng dengan Amerika Serikat (AS).

Menurut sumber Yonhap, sebelumnya kedua negara tersebut sudah menunda latihan gabungan musim semi yang biasanya dilakukan di awal tahun, tanpa batas waktu yang jelas. 

Jika terus menunda latihan gabungan tahunan secara berulang-ulang, dikhawatirkan bakal mempengaruhi postur tempur bersama di antara kedua negara. Kekhawatiran lain berasal dari rencana pengambilalihan Korea Selatan atas kendali operasional masa perang (OPCON) pasukannya dari AS.


Baca Juga: Corona di AS: Florida jadi hotspot Covid-19, Disneyland tetap buka kembali hari ini

"Kedua belah pihak berbagi kebutuhan untuk menggelar latihan musim panas seperti yang direncanakan, dan kami telah melanjutkan konsultasi mengenai masalah tersebut. Tetapi semuanya sangat fleksibel karena situasi Covid-19," kata seorang pejabat Kementerian Pertahanan Korea Selatan kepada Yonhap.

Seoul dan Washington, biasanya melakukan latihan gabungan besar dua kali setahun, sekitar bulan Maret dan Agustus. Tetapi mereka menunda latihan musim semi tahun ini karena Covid-19, dan belum diadakan sampai saat ini, karena krisis kesehatan terus berlanjut.

Kedua negara tersebut belum memperbaiki jadwal dan program terperinci untuk latihan yang akan datang.

"Tampaknya sudah hampir mustahil untuk mendorong latihan musim panas secara normal, mengingat bahwa AS belum mengambil tindakan untuk penempatan pasukan ke Korea Selatan yang diperlukan untuk latihan itu," kata sebuah sumber.

Baca Juga: Pandemi Covid-19, kekayaan pendiri Kakao melonjak 93%

"Sebagian besar anggota AS yang dimobilisasi untuk latihan adalah pasukan cadangan, yang berarti mereka memiliki pekerjaan mereka. Menempatkan mereka dalam isolasi selama berminggu-minggu jauh dari mudah," katanya. 

"Penyesuaian atau pembatalan tampaknya menjadi opsi yang masuk akal," lanjut sumber tersebut. 

Editor: Anna Suci Perwitasari