Pergerakan harga Ethereum dinilai bagai buah simalakama, kenapa?



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perlahan namun pasti, kini harga Ethereum (ETH) mulai kembali bangkit. Setelah sempat bergerak di rentang US$ 1.700 - US$ 1.800, kini harga aset kripto berkapitalisasi terbesar nomor dua ini sudah berhasil menembus level US$ 2.000. 

Merujuk Coinmarketcap.com, harga ETH pada pukul 16.50 WIB berada di US$ 2.053,60, menguat 3,67% dalam 24 jam terakhir. Sementara dalam sepekan terakhir, sudah menguat 9,97%

Salah satu faktor yang mengangkat harga ETH adalah pernyataan dari bos Tesla, Elon Musk bahwa dirinya juga mengoleksi ETH pada tengah pekan ini. Sebelum ini, publik berasumsi bahwa Elon hanya memiliki aset kripto Bitcoin dan Dogecoin.


Baca Juga: Banyak pedagang kripto ilegal, berikut cara memilih pedagang kripto resmi

Sementara CEO Triv.co.id Gabriel Ray menjelaskan, selain karena sentimen pernyataan dari Elon Musk, kenaikan harga ETH juga didorong tingginya transaksi harian pada on chain yang tinggi belakangan ini. Hal ini kerana ETH termasuk ke dalam Decentralized Finance (DeFi). Bahkan, ia menyebut jumlah transaksinya jauh lebih tinggi dibanding Bitcoin.

“Saat market sedang bullish, para investor kripto bergerak mencari bunga dan melakukan transaksi, oleh karena itu, exchange pun mengalami kenaikan transaksi. Hal ini mendukung ramainya ekosistem Ethereum yang pada akhirnya mengangkat harga ETH,” jelas Gabriel kepada Kontan.co.id, Jumat (23/7).

Hanya saja, Gabriel menyebut salah satu permasalahan yang dihadapi oleh ETH saat ini adalah jumlah koin ETH yang tidak dibatasi. Artinya supply-nya pun menjadi tidak terbatas, berbeda dengan Bitcoin misalnya, yang dibatasi hanya sebanyak 21 juta saja.

Menurutnya, kondisi ini membuat pergerakan harga ETH seperti buah simalakama.

Baca Juga: Elon Musk: Tesla kemungkinan besar akan kembali menerima Bitcoin

Kenaikan harga ETH artinya membuat gas fee transaksi jadi ikut naik, padahal gas fee di ETH sudah bisa mencapai US$ 150 - US$ 200, sehingga memberatkan investor, khususnya ritel. Jika kondisi ini terus berlanjut, maka ekosistem DeFi bisa terancam keberadaannya.

Namun jika harga tidak naik, maka investornya yang akan terancam keberadaannya.

Editor: Tendi Mahadi