KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dua lembaga pemeringkat kredit internasional, Moody’s dan Fitch Ratings, menilai bisnis PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (
PGEO) memiliki proyeksi masa depan yang cemerlang. Dalam laporan terbarunya, Moody’s menetapkan peringkat jangka panjang untuk PGEO di level Baa3. Peringkat ini mencerminkan posisi standalone profil kredit perusahaan, yang notabene satu tingkat di bawah PT Pertamina (Persero) sebagai induk usaha, yang berada di level Baa2 stabil. Sementara Fitch Ratings menetapkan peringkat penerbitan default mata uang asing jangka panjang oleh PGEO sebagai BBB dengan outlook stabil. Peringkat yang sama ini diberikan juga oleh Fitch untuk obligasi hijau (
green bond) yang tengah siap diterbitkan oleh PGEO.
Kepercayaan dari dua lembaga pemeringkat kredit internasional ini direspons secara positif oleh manajemen PGEO. Corporate Secretary PGEO Muhammad Baron menyatakan sinyal positif ini menandakan bahwa fundamental bisnis PGEO sangat menjanjikan bagi para investor asing.
Baca Juga: Dukung Target Net Zero Emission Tahun 2060, Ini Strategi Pertamina “Penilaian ini menjadi stimulus yang baik terhadap upaya kami yang sedang melakukan strategi
green financing buat ekspansi bisnis dalam mengoptimalkan potensi panas bumi yang ada di negeri ini,” kata Baron dalam keterangannya, Minggu (23/4/2023). Berdasarkan laporan Moody’s, kepemilikan saham dari Pertamina Group secara tidak langsung hingga 75% terhadap PGEO, dinilai menjadi penyokong yang cukup saat perusahaan berada pada tekanan (
times of stress). Untuk profil kredit mandiri Ba1yang disematkan Moody's kepada PGEO dapat mencerminkan positioning perusahaan di tengah persaingan industri, sebagai salah satu produsen listrik panas bumi independen terkemuka di Indonesia.
Dengan posisi arus kas yang stabil, deretan pembangkit yang telah beroperasi, dan didukung oleh perjanjian jual beli listrik (PPA) jangka panjang serta kontrak perjanjian jual beli uap (SSC) dengan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), menjadi poin penguat tersendiri dalam hal keuangan perusahaan. "Pemberian peringkat juga memperhitungkan rekam jejak operasi PGEO yang yang relatif stabil, dan didukung oleh faktor beban berbobot kapasitas sebesar 84% sampai 87% sejak 2020 hingga 2022, dibandingkan rata-rata sekitar 85% tingkat bayar yang diterima," tulis Moody's dalam keterangan resminya, Selasa (18/4/2023).
Baca Juga: Diproyeksi Punya Kinerja Cerah, Cermati Rekomendasi Saham Pertamina Geothermal (PGEO) "Kami berharap
leverage keuangan PGEO menjadi tren lebih tinggi selama tiga tahun ke depan, terutama didorong oleh utang tambahan untuk mendanai komitmen pembangunan barunya," lanjut laporan Moody’s lagi.
Sementara itu Fitch Rating memberikan penilaian fundamental bisnis PGEO ini tak lepas dari peringkat dari sang induk usaha, PT Pertamina Power Indonesia (PPI), yang notabene merupakan anak usaha PT Pertamina (Persero) di bidang listrik dan energi baru terbarukan, sehingga juga kerap disebut dengan nama Pertamina New & Renewable Energy (PNRE). Di lain pihak, Pertamina sendiri sebagai induk usaha memiliki peringkat satu level di atasnya, yaitu BBB/stabil. Sedangkan, Standalone Credit Profile (SCP) PGEO ditetapkan pada level BB, yang mencerminkan kapasitas operasi yang sederhana, konsentrasi aset, visibilitas pendapatan dan profil keuangan yang relatif kuat. Dalam menetapkan rangkaian peringkat tersebut, Fitch Rating mempertimbangkan positioning PNRE, termasuk juga PGEO di dalamnya, sebagai kendaraan utama bagi Pertamina Group dalam meningkatkan kapasitas energi baru terbarukan (EBT) miliknya menjadi 17%. Peningkatan kapasitas menjadi salah satu prioritas kinerja Pertamina, seiring dengan target pemerintah untuk mendongkrak pangsa pasar EBT nasional minimal menjadi 23 persen pada 2025 mendatang, dan menuju 30 persen pada 2030.
Editor: Noverius Laoli