KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren kenaikan harga batubara memasuki musim dingin jelang tutup tahun diharapkan mendongkrak kinerja perusahaan batubara. Direktur dan Sekretaris Perusahaan PT Bumi Resources Tbk (BUMI) Dileep Srivastava menjelaskan, harga batubara sepanjang tahun ini mengalami penurunan dibandingkan rekor harga US$ 400 per ton pada tahun lalu. Meski demikian, belakangan tren peningkatan harga dinilai telah terjadi.
"Harga sekitar US$ 130 per ton hingga US$ 140 per ton. Namun, (belakangan) nampaknya menunjukkan tanda-tanda peningkatan," ungkap Dileep kepada Kontan, Senin (11/12).
Baca Juga: Konsisten Berdayakan Masyarakat, PTBA Raih Tamasya Award dari Kementerian ESDM Dileep menjelaskan, umumnya volume ekspor BUMI sekitar 75% dari total produksi. Pada tahun ini pihaknya masih menargetkan produksi batubara di kisaran 75 juta ton hingga 80 juta ton. Target ini lebih tinggi ketimbang realisasi produksi tahun 2022 yang sebesar 71 juta ton. Ia memastikan sejauh ini belum terasa ada dampak peningkatan permintaan dari pasar Eropa. Salah satu penyebabnya yakni perbedaan jenis batubara yang umumnya dibutuhkan negara-negara Eropa. Sementara itu, PT Indika Energy Tbk (INDY) pun kini berfokus memenuhi target produksi tahun ini melalui PT Kideco Jaya Agung yang mencapai 31 juta ton.
Head of Corporate Communications Indika Energy Ricky Fernando mengungkapkan, terjadi peningkatan harga batubara. "Harga batubara belakangan ini meningkat dikarenakan beberapa faktor di antaranya lonjakan permintaan dari China dan negara-negara Eropa akibat musim dingin," terang Ricky ketika dihubungi Kontan, Senin (11/12).
Meski demikian, Ricky memastikan, INDY sejauh ini memasok batubara untuk pasar ekspor Asia seperti China, India, Jepang, Korea Selatan.
Baca Juga: Resource Alam Indonesia (KKGI) Bakal Bagikan Dividen Saham Senilai Rp 66,30 Miliar Head of Corporate Communication PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) Febriati Nadira mengungkapkan, target produksi Adaro masih belum mengalami perubahan, sekitar 62 juta ton hingga 64 juta ton di tahun ini. "Per kuartal III 2023 Adaro mencatat pertumbuhan 11% pada volume penjualan menjadi 49,12 juta ton," ungkap Febriati kepada Kontan, Senin (11/12).
Editor: Tendi Mahadi