Pinjaman direstukturisasi Bank Rakyat Indonesia (BBRI) tinggi, analis sarankan hold



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai pinjaman yang harus direstrukturisasi cukup besar Indo Premier Sekuritas menyarankan hold saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI). Meski demikian rasio keuangan emiten ini dinilai masih sejalan dengan proyeksi analis Indo Premier Sekuritas, Jovent Muliadi dan Anthony. 

Hingga akhir April 2020, nilai pinjaman yang direstrukturisasi karena terdampak Covid-19 mencapai Rp 101 triliun, setara 11% total pinjaman BRI. Nilainya meningkat pesat dibanding restrukturisasi pada Maret 2020 sebesar Rp 15 triliun. Indo Premier Sekuritas memperkirakan, total nilai pinjaman yang direstrukturisasi akan menjadi 25%-50% dari total pinjaman Rp 230 triliun - Rp 460 triliun. "Kalau hitungan kami berada di ujung bawah estimasi ini yakni Rp 210 triliun," tulis Jovent dan Anthony. 

Baca Juga: Pelaku industri kompak memangkas anggaran 2020


BRI dalam kuartal I tahun ini berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp 8,2 triliun atau flat dari tahun lalu. Realisasi tersebut menurut Jovent dan Anthony dalam riset Jumat (15/5), memenuhi 38% dari target yang dibikin oleh Indo Premier. Sedangkan berdasarkan konsensus analis, realisasi tersebut sejalan dengan 24% dari target hingga tahun 2020. 

Pre-Provision Operating Profit (PPOP) BBRI pada kuartal I tahun ini tumbuh 15% secara tahunan karena pendapatan non bunga yang kuat yakni 8% secara year on year (yoy). Provisi naik sebesar 38% secara yoy dengan biaya kredit atau cost of credit (CoC) 3%. 

Baca Juga: Saham bank jadi pemberat IHSG, berikut saham yang layak dicermati

Biaya kredit ini sejalan dengan target BBRI 3,5% di tahun ini. Dan mendekati perkiraan Indo Premier yang memperkirakan biaya kredit di 3,3%. 

Meski demikian, margin bunga bersih alias net interest margin (NIM) BBRI turun menjadi 6,7% di kuartal I-2020 dari 6,9% di kuartal I-2019. Penurunan ini terjadi karena biaya dana bank alias cost of fund (COF) yang tinggi. 

Editor: Avanty Nurdiana