Produktivitas yang rendah hingga kurangnya daya saing jadi hambatan ekspor rempah



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Perdagangan (Kemendag) membeberkan beberapa hambatan yang dialami dalam mengekspor rempah Indonesia.

Direktur Pengembangan Produk Ekspor Kementerian Perdagangan Olvy Andrianita menerangkan,salah satu hambatan tersebut adalah produktivitas rempah Indonesia yang masih kecil. 

Menurut Olvy, salah satunya disebabkan banyak pohon yang sudah tua.


Baca Juga: Hingga April 2020, ekspor rempah Indonesia naik 19,28% menjadi US$ 218,69 juta

Salah satu contohnya adalah lada. Produktivitas lada di Indonesia hanya sekitar 400 kilogram (kg) sampai 450 kg per hektare (ha), sementara bila dibandingkan dengan lada di Vietnam, produktivitasnya bisa mencapai 2 ton per ha.

Hambatan yang kedua adalah rendahnya kualitas produk ekspor. Menurut Olvy, hal ini disebabkan pengetahuan tentang budidaya yang tepat serta prosedur manajemen pasca panen di antara petani lokal.

"Pala misalnya, banyak petani yang mengambil buah pala itu dengan digoyang [pohonnya], sehingga kebanyakan buahnya jatuh sehingga kurang higienis," kata Olvy.

Selanjutnya, kurangnya daya saing produk atau kurang memiliki nilai tambah. Hal ini dikarenakan sebagian besar produk rempah Indonesia dijual dalam bentuk mentah (raw materials).

Baca Juga: Wow! Ini manfaat teh jahe untuk kesehatan tubuh

Lalu, ada penolakan negara importir seperti kandungan aflatoksin yang tinggi karena kurangnya penanganan selama proses pengeringan dan penyimpangan.

Hambatan selanjutnya adalah pengetatan larangan impor. Misalnya pengetatan regulasi untuk penggunaan insektisida jenis baru chlorpyrifos dan chlorpyrifos-methyl pada produk pangan yang berlaku pada 16 Februari 2020.

Editor: Noverius Laoli