Ramai aksi akuisisi di tengah pandemi corona, Indef: Wajar



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketidakpastian ekonomi imbas pandemi Corona tidak menciutkan nyali perusahaan di berbagai sektor untuk melakukan akuisisi. Indef melihat aksi ini wajar terjadi, apalagi kalau perusahaan yang diambil alih memiliki prospek yang baik ke depannya. 

Ambil contoh saja, pada 27 Agustus 2020 lalu PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) mengakuisisi seluruh saham Pinehill Company Limited, produsen dan distributor mie instan di Timur Tengah, Afrika hingga Eropa. ICBP merogoh kocek hingga US$ 2,99 miliar, sebagian besar pendanaan dari fasilitas pinjaman sindikasi senilai US$ 2,05 miliar. 

Dari sektor unggas, PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) bakal membeli 100% saham So Good Food atau sebesar 500.000 saham dan 0,004% saham ditempatkan dan disetor So Good Food Manufacturing atau setara dengan 1.000 saham seri A. Nilai akuisisi ini mencapai total Rp 1,21 triliun.


Baca Juga: Kinerja Champion Pacific (IGAR) terdorong permintaan multivitamin di semester I 2020

Kemudian, saat ini santer terdengar rencana Kimberly-Clark Corp, yang merupakan perusahaan terbuka asal Amerika Serikat (AS) akan akuisisi PT Softex Indonesia. Nilai dari transaksi ini mencapai US$ 1,2 miliar setara Rp 17,73 triliun (kurs US$ 1 = Rp 14.775).

Ekonom Indef, Bima Yudhistira menjelaskan aksi akuisisi di tengah pandemi karena perusahaan asing  melihat prospek jangka panjang (terhadap yang diakuisisi). 

"Memang saat ini penuh ketidakpastian, tapi Indonesia yang memiliki kelas menengah terbesar dan konsumtif tentu punya peluang pasarnya akan menggeliat lagi, sehingga ini waktu yang tepat untuk melakukan strategi ekspansi ke Indonesia," jelasnya Kontan.co.id, Jumat (4/9).  

Baca Juga: Tingkatkan daya saing, Kemenperin siapkan lab uji modern produk elektronika

Di satu sisi, lanjut Bima, selama pandemi banyak perusahaan mengalami tekanan cashflow, penurunan credit rating, bahkan sampai ada yang terancam pailit. Otomatis price to book value-nya rendah, sehingga perusahaan asing membeli dengan harga diskon.

Bima bilang selama prospek pasarnya paca-pandemi jelas, kemudian internal manajemennya tidak ada masalah serius ( seperti fraud), maka layak dibeli. 

Editor: Tendi Mahadi