Ramalan Mengerikan Bapak AI: Pengangguran Massal di Depan Mata



KONTAN.CO.ID - Dampak jangka panjang Artificial Intelligence (AI) adalah salah satu topik paling hangat di Silicon Valley. CEO Nvidia, Jensen Huang, meramalkan setiap pekerjaan akan berubah dan mungkin menghasilkan minggu kerja hanya 4 hari.

Raksasa teknologi lain lebih ekstrem: Bill Gates mengatakan manusia mungkin segera tidak dibutuhkan untuk sebagian besar hal. Dan Elon Musk yakin sebagian besar manusia tidak perlu bekerja sama sekali dalam "kurang dari 20 tahun."

Mengutip Fortune, meskipun prediksi itu terdengar ekstrem, ilmuwan komputer Inggris Geoffrey Hinton, yang dikenal luas sebagai "Bapak AI", mengatakan prediksi itu tidak hanya masuk akal, tetapi sangat mungkin terjadi.


Namun, ia memperingatkan, transisi ini dapat memicu perombakan ekonomi besar-besaran yang akan meninggalkan jutaan pekerja di belakang.

“Tampaknya sangat mungkin bagi banyak orang bahwa kita akan mendapatkan pengangguran massal yang disebabkan oleh AI,” kata Hinton dalam diskusi baru-baru ini dengan Senator Bernie Sanders.

Hinton menjelaskan bahwa perusahaan-perusahaan besar yang menginvestasikan triliunan dolar untuk pusat data dan chip AI akan mendapatkan sumber dana utama dari menjual AI yang dapat melakukan pekerjaan manusia jauh lebih murah. 

"Orang-orang ini benar-benar bertaruh pada AI yang menggantikan banyak pekerja," tegasnya.

Baca Juga: Bitwise: Strategy Tak Akan Terpaksa Jual Bitcoin Meski Harga Saham Turun

Prioritas Salah Para Raksasa Teknologi

Hinton semakin vokal tentang apa yang ia anggap sebagai prioritas yang salah dari perusahaan Big Tech. Ia berpendapat bahwa industri ini didorong oleh keuntungan jangka pendek daripada kemajuan ilmiah, sehingga mendorong upaya untuk mengganti pekerja manusia dengan sistem AI yang lebih murah.

Peringatannya muncul ketika ekonomi AI menghadapi pengawasan baru. Contohnya, OpenAI (pembuat ChatGPT) diperkirakan tidak akan menghasilkan keuntungan hingga setidaknya tahun 2030 dan mungkin memerlukan lebih dari US$ 207 miliar untuk mendukung pertumbuhannya.

Masa Depan yang Ditutupi Kabut

Hinton mengakui bahwa AI akan menciptakan pekerjaan baru, seperti yang diprediksi para pemimpin teknologi. Tetapi ia tidak yakin jumlah pekerjaan baru itu akan mendekati jumlah pekerjaan yang hilang.

Meski begitu, ia berhati-hati, mengatakan semua prediksi, termasuk pendapatnya, harus diterima dengan skeptisisme tinggi.

“Mencoba memprediksi masa depan akan sangat sulit. Ini seperti ketika Anda mengemudi dalam kabut. Anda dapat melihat dengan jelas sejauh 100 yard dan pada 200 yard Anda tidak dapat melihat apa-apa. Nah, kita bisa melihat dengan jelas selama satu atau dua tahun, tapi 10 tahun ke depan, kita tidak tahu apa yang akan terjadi,” ujarnya.

Baca Juga: AS Perluas Travel Ban: Lebih dari 30 Negara Terancam Larangan Masuk Negeri Paman Sam

Satu hal yang pasti: AI tidak akan hilang. Para ahli mengatakan, pekerja yang mampu beradaptasi—dan menggunakan teknologi AI untuk memperkuat keterampilan mereka, akan memiliki peluang terbaik untuk melewati gejolak yang akan datang.