Ratusan foto seksual beredar, selir Thailand Sineenat terancam digulingkan lagi



KONTAN.CO.ID - BANGKOK. Selir Raja Thailand, Sineenat Wongvajirapakdi, terancam akan digulingkan lagi oleh intrik istana setelah ia kembali dari pengasingan dan ratusan foto seksualnya tersebar di publik pada November.

Menurut akademisi ilmu politik Puangchon Unchanam dari Universitas Naresuan, Sineenat masih memiliki peran publik, yang dikenal sebagai Koi, yang karenanya pihak kerajaan mempertahankannya.  

Ia dianggap dapat membuat para bangsawan disayangi oleh pemuda Thailand, karena “dia muda, energik, cantik, bugar, ramah dan sporty”, seperti yang dilansir dari Asia One pada Rabu (2/12/2020). 


Pada 1 November, Sineenat terlihat berseri-seri saat dia menyapa pendukung dengan cara yang tidak biasa dilakukan oleh para bangsawan Thailand, yaitu berpose untuk foto dan berjabat tangan dengan mereka. Namun, Puangchon mengatakan status Sineenat tidak cocok dengan generasi sekarang, yang cenderung mengkampanyekan monogami. 

Baca Juga: Raja terkaya di dunia, Maha Vajiralongkorn, inilah sumber kekayaannya

Meskipun, kerendahan hatinya yang tampak bisa menjadi anugerah bagi sebuah keluarga kerajaan yang telah lama dianggap tidak tersentuh oleh bangsanya sendiri. 

“Statusnya tidak sesuai dengan nilai-nilai sosial anak muda saat ini, yang mempromosikan monogami, kesetaraan gender, dan ideologi feminis dalam masyarakat Thailand,” kata Puangchon. 

Generasi baru Thailand juga mempertanyakan penghormatan tanpa syarat terhadap monarki sebagai bagian dari tuntutan yang lebih luas untuk demokrasi dan kesetaraan yang lebih besar di negara ini.

Baca Juga: Nasib kerajaan Thailand di ujung tanduk, ini penyebabnya

Di Facebook pada November, McGregor Marshall, seorang jurnalis Skotlandia yang telah meliput istana Thailand selama beberapa dekade, menulis bahwa kembalinya Sineenat "ditentang keras" oleh loyalis Ratu Suthida dan Putri Bajrakitiyabha, anak tertua raja. 

"Sangat mungkin gambar Koi bocor dalam upaya menyabotase kembalinya dia sebagai selir Vajiralongkorn," kata Marshall.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie