Rebound tersendat, bagaimana prospek harga gas alam di tahun ini?



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di saat harga komoditas batubara dan minyak mencatatkan kenaikan yang tinggi, hal yang berbeda justru terjadi pada gas alam. Nasib komoditas energi yang satu ini justru belum mengindikasikan laju kenaikan harga. 

Merujuk Bloomberg, harga gas alam di Nymex pada pukul 16.00 WIB berada di level US$ 2,5 per mmbtu atau turun 1,89% dibanding penutupan sebelumnya. Sementara secara year to date, harga gas alam mencatatkan koreksi 1,57%. 

Analis Central Capital Futures Wahyu Laksono mengaku tidak heran dengan kinerja gas alam belakangan ini. Menurutnya, secara basic, gas alam memang termasuk komoditas dengan pergerakan harga terburuk, termasuk di antara komoditas sektor energi lainnya. Apalagi, jika disandingkan dengan pergerakan harga minyak, maka gas alam sangat jelas mengalami rebound yang terlambat. 


Baca Juga: Harga minyak WTI naik ke US$ 53,35 per barel pada Selasa (20/1) siang

“Lihat saja apa yang terjadi pada tahun lalu. Saat itu, harga minyak sudah mengalami rebound sejak April sedangkan gas alam baru naik di Juni 2020. Tak mengherankan bila pada akhirnya tren tersebut masih terjadi hingga saat ini,” kata Wahyu kepada Kontan.co.id, Rabu (20/1).

Walau demikian, Wahyu melihat salah satu katalis negatif yang menekan gas alam pada tahun lalu, yakni oversupply justru akan berkurang pada tahun ini. Menurutnya, dari beberapa laporan menunjukkan bahwa sejak akhir tahun, surplus di ruang penyimpanan sudah mengalami penyusutan dan akan terus berlangsung pada tahun ini.

Oleh karena itu, ia menilai ada potensi harga gas alam pada 2021 bisa lebih baik dibanding tahun lalu. Apalagi secara umum, tren penguatan harga komoditas akan masih berlangsung seiring dolar AS yang cenderung tertekan. 

Baca Juga: Harga emas spot menanjak ke US$ 1.840 per ons troi, disokong pernyataan Yellen

Ditambah lagi, Wahyu meyakini naiknya Joe Biden sebagai presiden AS yang baru bisa jadi katalis positif. Dengan Partai Demokrat yang menguasai parlemen, kemungkinan besar kebijakannya akan pro lingkungan justru bisa mendukung harga gas alam.

Editor: Tendi Mahadi