KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Bertahannya suku bunga acuan di level tinggi masih akan menguntungkan kelas aset pasar uang termasuk di Reksadana. Kondisi suku bunga bertahan tinggi akan menjaga nilai aset dan juga menjadi peluang untuk menempatkan dana di instrumen stabil. Fund Manager KISI Asset Management (KISI AM) Josephin menilai, kebijakan suku bunga yang masih bertahan atau belum akan dipangkas dalam waktu dekat akan berdampak terhadap kinerja obligasi dan deposito bank. Seperti diketahui, Bank Indonesia (BI) kembali menahan suku bunga di level 6,25% pada pertemuan 19-20 Juni 2024.
Josephin menjelaskan, kinerja obligasi atau surat utang sangat dipengaruhi oleh perubahan suku bunga. Jika suku bunga tetap tinggi, maka harga obligasi yang ada cenderung menurun karena investor akan lebih memilih obligasi baru dengan suku bunga lebih tinggi. Sedangkan, imbal hasi obligasi akan bergerak naik dalam kondisi tersebut.
Baca Juga: Kinerja Indeks iShare MSCI Indonesia ETF (EIDO) Turun Imbas Pelemahan IHSG dan Rupiah Walau demikian, obligasi jangka pendek yang biasanya menjadi bagian dari portofolio reksadana pasar uang cenderung kurang terpengaruh oleh perubahan suku bunga karena jatuh temponya yang singkat. Sementara itu, deposito bank dipandang akan terus menawarkan tingkat bunga yang kompetitif seiring dengan kebijakan suku bunga yang bertahan. Ini dapat menjadikan deposito bank sebagai aset yang menarik dalam portofolio reksadana pasar uang karena memberikan pengembalian yang stabil. Josephin menuturkan, bertahannya level suku bunga itu artinya instrumen pasar uang seperti deposito dan obligasi jangka pendek akan cenderung menawarkan tingkat pengembalian stabil. Dengan kata lain, reksadana pasar uang masih dapat diandalkan untuk dapatkan imbal hasil relatif konsisten. Reksadana pasar uang diperkirakan juga masih jadi andalan dalam situasi ketidakpastian. Sebab, instrumen pasar uang terkenal karena keamanan dan likuiditas tinggi, sehingga investor mungkin lebih cenderung menyimpan dana pada instrumen yang aman dan mudah dicairkan seperti RDPU.
Baca Juga: Reksadana Pendapatan Tetap Andalan Trimegah AM Saat Pasar Fluktuatif Menurut Josephin, jika suku bunga bertahan pada level tinggi, reksadana pasar uang dapat menawarkan imbal hasil yang lebih menarik dibandingkan saat periode suku bunga rendah. Namun, jika suku bunga mulai turun di masa depan, pengembalian dari reksadana pasar uang juga mungkin menurun. Namun yang jelas, ketidakpastian arah suku bunga tersebut akan membuat investor lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan investasi jangka panjang.
Dengan demikian, menyimpan dana di reksadana pasar uang dapat menjadi strategi untuk menghindari risiko fluktuasi harga yang lebih besar di instrumen jangka panjang, sambil menunggu kejelasan lebih lanjut terkait kebijakan moneter. “Dalam situasi ketidakpastian, reksadana pasar uang sering dianggap sebagai tempat yang aman untuk menyimpan dana sementara. Ini karena reksadana pasar uang cenderung memberikan likuiditas tinggi dan risiko yang rendah,” ungkap Josephin kepada Kontan.co.id, Jumat (21/6).
Baca Juga: Dana Kelolaan Reksadana Berpeluang Kembali Turun, Ini Alasannya Berdasarkan riset Infovesta, dari awal tahun hingga akhir Mei 2024, imbal hasil indeks reksadana pasar uang paling tinggi sebesar 1,93% year to date (ytd). Sementara, kumpulan produk reksadana pendapatan catatkan imbal hasil sekitar 0,83% ytd, reksadana saham campuran terkoreksi 2,23% ytd dan reksadana saham terkoreksi 8,26% ytd.
Editor: Noverius Laoli