Reksadana Pendapatan Tetap Diramal Masih Tawarkan Imbal Hasil Menarik pada 2024



KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Reksadana pendapatan tetap siap kembali unjuk gigi di tahun 2024. Obligasi pemerintah dan obligasi korporasi diperkirakan masih menawarkan imbal hasil lumayan tinggi.

Di sepanjang tahun 2023 lalu, rata-rata produk reksadana pendapatan tetap mencetak return tertinggi sebesar 4,73% year on year (YoY). Disusul reksadana pasar uang dengan return sebesar 3,94% YoY, reksadana campuran 0,86% sedangkan reksadana saham terpantau  mencatat performa negatif yaitu minus 3.73%YoY.

Head of Fixed Income Trimegah Asset Management (AM) Darma Yudha mengatakan, imbal hasil tinggi yang ditawarkan produk-produk reksadana pendapatan tetap di tahun lalu seiring dengan likuiditas domestik cukup berlimpah.


Perbankan masih mengakumulasi obligasi Indonesia, ditambah juga investor yang aktif menjaring obligasi sebagai aset kelas lebih tinggi daripada instrumen sejenis seperti deposito.

Baca Juga: Kondisi Pasar Lebih Baik, Manajer Investasi Yakin Dana Kelolaan Reksadana Meningkat

Di sisi lain, reksadana kelas aset lainnya tengah mengalami penurunan kinerja (underperform). Aset-aset berbasis saham tidak cukup laku, sehingga aset obligasi lebih diminati karena dianggap tidak cukup volatil.

“Meski sebenarnya pasar obligasi global tertekan, namun pasar surat utang tanah air masih relatif lebih baik performanya daripada negara lain,” jelas Yudha kepada Kontan.co.id, Selasa (9/1).

Yudha mengamati, surat utang pemerintah ataupun surat utang korporasi sama-sama menawarkan imbal hasil menarik di tahun 2023 lalu. Tetapi surat utang korporasi dinilai lebih stabil, dibandingkan surat utang pemerintah yang sempat fluktuatif ke level 7,%, meski akhirnya ditutup pada posisi 6.5% di akhir tahun untuk yield SUN tenor 10 tahun.

Menurut Yudha, reksadana pendapatan tetap masih akan cukup menarik di tahun 2024. The Fed diperkirakan baru menurunkan suku bunga di pertengahan tahun ini.

Suku bunga The Fed kemungkinan sudah tinggal menunggu waktu penurunan saja karena nampaknya saat ini sudah mencapai level puncak. Namun sebenarnya tidak dapat dipastikan kapan waktu penurunan suku bunga Fed. Terlepas dari itu, penurunan suku bunga secara keseluruhan juga berdampak positif bagi pasar obligasi.

Trimegah AM memandang bahwa, baik obligasi korporasi ataupun obligasi pemerintah masih akan memberikan tingkat pengembalian (return) positif. Namun obligasi korporasi lebih diunggulkan karena kupon yang memang lebih tinggi dan credit risk tahun ini diperkirakan jauh lebih baik dengan melihat prospek pertumbuhan kinerja para emiten.

Baca Juga: Bisakah Reksadana Saham Mendatangkan Cuan di 2024?

Aset kelas obligasi dinilai masih menarik dan secara imbal hasil masih akan lebih tinggi daripada deposito. Yudha memproyeksi return yang bisa didapatkan produk reksadana pendapatan tetap rata-rata sekitar 5%-6% di tahun 2024.

Sementara itu, Yudha menyebutkan bahwa aset berupa obligasi negara lebih dimanfaatkan secara taktikal. Sebagai gambaran, Yield SUN 10 tahun diperkirakan berada dalam rentang 6.25%-6.5%.

Dia memandang bahwa pasar obligasi Indonesia dinilai bakal reli, namun tidak cukup agresif karena memang banyak faktor salah satunya pemilihan umum (pemilu) yang dapat menahan aktivitas investor. Jadi pasar surat utang domestik cukup konservatif dengan potensi penurunan yield terbatas di tahun 2024.

Editor: Tendi Mahadi