Resesi ekonomi di depan mata, simak kata sejumlah analis ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia dapat dipastikan mengalami resesi. Mengutip catatan Kontan.co.id sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2020 masih akan kontraksi hingga minus 2,9%.

Oleh karenanya, secara teknis Indonesia dapat disebut mengalami resesi karena sudah dua kuartal berturut-turut mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang negatif. Asal tahu saja, pada kuartal sebelumnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat minus 5,23%

Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengamati sentimen negatif dari resesi belum tergambar dalam IHSG. Menurutnya, IHSG yang tertekan akhir-akhir ini cenderung dipengaruhi oleh sentimen global, seperti penambahan kasus Covid-19 di dunia terutama di Eropa.


Selain itu, beberapa negara memiliki rencana untuk melakukan lockdown kembali. Hal ini dikhawatirkan akan mempengaruhi ekonomi global dan berdampak ke Indonesia.

Baca Juga: Mandiri Investasi memprediksikan IHSG menyentuh 5.400 di 2020 dan 6.200 tahun depan

Sementara itu dari domestik, IHSG diperberat pengetatan PSBB yang dilakukan oleh pemerintah provinsi DKI Jakarta. Walaupun penerapannya tidak seketat seperti PSBB di awal masa pendemi, pengetatan tersebut tetap mempengaruhi aktivitas ekonomi. Sehingga berdampak memberatkan IHSG.

Menurut Hans Kwee, sentimen negatif dari resesi akan berpengaruh signifikan ke IHSG jika realisasi pertumbuhan ekonomi di kuartal III terkikis cukup dalam, misalnya saja di atas minus 2%. Jika hal itu terjadi, maka IHSG berpeluang tertekan ke level 4.400 hingga 4.600.

Sebab tadinya, pelaku pasar berharap Indonesia akan terbebas dari resesi memasuki kuartal IV 2020. Akan tetapi, melihat kondisi sejauh ini harapan tersebut belum bisa terwujud. "Oleh karenanya pasar akan tertekan," jelas Hans Kwee kepada Kontan.co.id, Rabu (23/9).

Walaupun IHSG punya peluang turun hingga level 4.400, di akhir tahun IHSG berpotensi kembali naik dan ditutup di level 4.900 hingga 5.000.

Proyeksi ini mempertimbangkan rencana lockdown di berbagai negara yang diyakini Hans Kwee tidak akan seketat lockdown sebelumnya. Oleh karenanya, kegiatan ekonomi tidak akan terlalu tertekan.

Sementara itu, Head of Research  FAC Sekuritas Indonesia Wisnu Prambudi Wibowo melihat sentimen negatif dari resesi sudah memperberat IHSG selama bulan September ini. Ke depan, IHSG masih berpotensi melanjutkan pelemahan ke level support terdekat 4.500 hingga 4.700.

"Peluang turunnya masih terbuka lebar. Kalau di September ada peluang ke 4.300 hingga 4.500," ungkap Wisnu ketika dihubungi Kontan.co.id, Rabu (23/9).

Baca Juga: Wall Street bergerak tipis, kenaikan Dow Jones jadi sinyal positif perkembangan makro

Editor: Yudho Winarto