Return unitlink saham dan unitlink campuran loyo di bulan Mei 2021



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hingga Mei 2021, return atau imbal hasil beberapa produk unitlink mengalami penurunan jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, seperti yang terjadi pada unitlink saham dan unitlink campuran yang loyo. Sebaliknya, unitlink pendapatan tetap tetap memberikan imbal hasil yang terus membaik meskipun masih minus.

Infovesta mencatat hingga 31 Mei 2021, rata-rata imbal hasil untuk unitlink pendapatan tetap sebesar -0,24% ytd. Selanjutnya, ada unitlink campuran yang memberikan imbal hasil -1,68% ytd dan unitlink saham dengan imbal hasil -1,72% ytd.

Sebagai perbandingan, rata-rata imbal hasil unitlink di bulan sebelumnya, antara lain unitlink pendapatan tetap sebesar -0,73% ytd, unitlink saham -1,29% ytd, dan unitlink campuran -1,50% ytd.


Baca Juga: Premi asuransi marine hull Jasindo tumbuh 105% hingga April 2021

Senior Research Analyst Infovesta Utama Praska Putrantyo menjelaskan bahwa penurunan yang terjadi pada unitlink campuran dan unitlink saham paling besar merupakan dampak dari kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang menurun. Seperti diketahui, IHSG selama bulan Mei mengalami penurunan 0,80%.

“Sentimen pasar itu utamanya karena faktor peningkatan kasus covid-19 di India dan melebar ke negara-negara Asia Tenggara. Indeks kita seperti IHSG akhirnya menjadi pesimis sekaligus mengantisipasi seberapa besar potensi kenaikan kasus covid-19 dalam negeri terutama pasca libur lebaran,” ujar Praska kepada KONTAN, Sabtu (5/6).

Meski demikian, Praska bilang  koreksi IHSG untungnya dapat ditahan dengan investor asing yang mencatatkan net buy di atas Rp 2 triliun menyusul data-data manufaktur beberapa negara yang positif. Menurutnya, hal tersebut yang akhirnya mampu membuat IHSG dapat sedikit rebound di akhir bulan.

Berbicara tentang imbal hasil unitlink pendapatan tetap yang terus membaik, Praska menyebutkan bahwa investor di bulan Mei lebih memilih investasi yang tidak terlalu volatil. Sementara itu, ia bilang bahwa sebenarnya dana investor asing di SBN mengalami pengurangan sebesar Rp 7,14 triliun.

Baca Juga: Astra Life meluncurkan layanan e-Card di Aplikasi Buddies

“Meskipun ada pengurangan dana investor asing, indeks obligasi masih mencatatkan penguatan karena kalau dilihat investor cenderung beralih ke investasi yang lebih tidak beresiko dan ditopang pula dengan penguatan rupiah,” tambah Praska.

Jika dibandingkan dengan produk investasi lainnya seperti reksadana, Praska menyebutkan bahwa kinerjanya memang lebih baik dibandingkan dengan unitlink karena reksadana lebih aktif untuk pengelolaannya.

“Tapi itu tidak bisa dibandingkan karena masing-masing punya kebijakan investasi dan karakter yang berbeda. Yang jelas arahnya baik yang berbasis pendapatan tetap maupun saham memiliki kesamaan,” jelas Praska.

Editor: Tendi Mahadi