Saat lockdown untuk kekang corona, kerusuhan pecah di Prancis



KONTAN.CO.ID - PARIS. Kerumunan anak muda menargetkan polisi antihuru-hara dengan kembang api dan membakar ban di malam ketiga kerusuhan di pinggiran Paris. Kehadiran polisi untuk menegakkan lockdown memperburuk ketegangan.

Banlieue Prancis, kawasan dengan penduduk berpenghasilan rendah mengelilingi kota-kota di negeri mode, sering menjadi titik nyala kemarahan atas ketidaksetaraan sosial dan ekonomi serta tuduhan kepolisian bertindak kasar.

Di Villeneuve-La-Garenne, tempat masalah pertama kali berkobar pada Sabtu (18/4) pekan lalu setelah pengendara sepeda motor menabrak pintu mobil polisi yang terbuka, anak-anak muda mengarahkan tembakan kembang api ke arah polisi.


Penguncian yang Pemerintah Prancis berlakukan untuk mengekang penyebaran virus corona memungkinkan orang untuk meninggalkan rumah hanya untuk membeli bahan makanan, pergi bekerja, mendapatkan perawatan medis, atau berolahraga.

Baca Juga: Bendung virus corona, Singapura perpanjang pemutus sirkuit hingga 1 Juni

Dalam insiden Sabtu pekan lalu, beberapa warga setempat mengatakan, petugas sengaja membuka pintu mobil polisi ke jalur pengendara sepeda motor. Menurut Kepolisian Paris, investigasi sedang mereka lakukan atas kejadian itu.

Kerusuhan juga pecah pada Senin hingga Selasa malam di distrik-distrik tetangga, Gennevilliers, Clichy-La-Garenne, dan Asnieres.

“Polisi bergerak melalui jalan-jalan, dengan pelontar gas air mata dan tameng. Banyak kembang api,” kicau Clement Lanot, jurnalis lepas, di akun Twitter-nya, Senin tengah malam ketika kerusuhan meletus, seperti dilansir Reuters.

Kenangan 2005

Pada 2005, kematian dua pemuda yang melarikan diri dari kejaran polisi di pinggiran Utara Paris memicu kerusuhan nasional yang berlangsung selama tiga minggu.

Baca Juga: Kasus corona di Rusia sentuh 52.000, Putin: Puncak wabah belum datang

Editor: S.S. Kurniawan