Saat pandemi, duit orang-orang tajir banyak diparkir di deposito dan obligasi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Obligasi menjadi pilihan orang-orang tajir menginvestasikan duitnya di tengah pandemi ini, di luar deposito. Itu tercermin dari dari dana kelolaan wealth management perbankan yang mengalami peningkatan signifikan pada instrumen berbasis obligasi. 

Namun, tren penurunan suku bunga acuan yang akan membuat bunga deposito semakin tipis dan yield deposito yang kian menciut diperkirakan akan mendorong nasabah-nasabah kaya ini mulai akan bergerak ke pasar saham. Apalagi, tren saham juga tengah bergerak positif sejak terpilihnya Biden jadi Presiden Amerika Serikat (AS) dan perkembangan pengembangan vaksin Covid-19. 

Hans Kwee, Direktur Anugerah Mega Investama melihat dana-dana orang tajir saat ini sebagian besar memang masih parkir di bank dan obligasi. Tetapi dalam sebulan terakhir sudah ada pergerakan yang cukup besar ke pasar saham. "Setelah Biden memang Pemilu dan ada tanda-tanda perkembangan vaksin debulan terakhir, dana-dana ritel sudah banyak masuk sehingga mendorong transaksi di pasar saham, walaupun penggerak pasar masih didominasi investor asing," katanya pada KONTAN, Senin (30/11).


Baca Juga: Defisit ekuitas Jiwasraya tembus Rp 38,5 triliun per Oktober 2020

Menurut Hans, masuknya dana-dana ke pasar saham akan semakin meningkat ke depan dengan adanya tren penurunan suku bunga saat ini. Perkembangan positif percepatan pemulihan ekonomi dinilai akan dorong kepercayaan diri investor masuk ke saham. 

BCA tercatat membukukan pertumbuhan dana kelolaan bisnis wealth management cukup tinggi. Per September 2020, mencapai Rp 65,2 triliun atau tumbuh 27% secara year on year (YoY). Santoso Liem, Direktur BCA mengungkapkan, kontribusi terbesar kenaikan iu berasal dari produk obligasi yang meningkat 45% YoY.  BCA melihat bisnis wealt management ini akan tetap tumbuh positif ke depan dan obligasi diperkirakan masih jadi penopangnya.

"Kami mencermati bahwa obligasi ritel Indonesia masih memiliki potensi yang cukup besar di tahun depan. Di tengah iklim suku bunga global yang rendah yang masih akan terjadi di tahun depan, obligasi masih memberikan imbal hasil yang lebih menarik. Obligasi juga cocok dijadikan salah satu pilihan alokasi portofolio nasabah yang berprofil risiko konservatif, moderat, hingga agresif," jelas Santoso.

Di Bank BTN, pendorong utama pertumbuhan dana kelolaan bisnis wealth management-nya juga masih dari deposito dan pembelian SBN pada pasar perdana. Per Oktober, dana kelolaan atau Asset Under Management (AUM) bank ini sekitar Rp 43 triliun atau tumbuh 11% YoY.

Baca Juga: OJK akan batasi pemberian dana fintech dari pemegang saham hanya 25%

Jasmin, Direktur Distribution and Retail Funding BTN melihat, perkembangan pasar saham akan mendorong pertumbuhan positif bisnis wealth management ke depan.  Namun, bank ini akan menawarkan produk wealth management ke nasabah sesuai dengan profil risikonya masing-masing. Sampai akhir tahun, BTN menargetkan dana kelolaan Rp 44,5 triliun. 

Editor: Tendi Mahadi