Saham Bank Jago sudah melorot di atas 14% sepekan terakhir, begini prospek bisnisnya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham bank digital berguguran. Mayoritas  harga sahamnya terkoreksi pada penutupan perdagangan akhir pekan ini, Jumat (8/10). Salah satu bank digital yang menjadi sorotan adalah Bank Jago.

Sepanjang Oktober ini,  saham bank berkode saham ARTO ini melemah 14,26%. Setelah ditutup di level Rp 12.925 per saham pada Jumat (8/10) lalu. 

Bank dengan arsitek duet investor Jerry Ng dan Patrick Walujo ini memang menjadi sorotan. Lantaran harga sahamnya melambung dan banyak digadang-gadang pelaku pasar. 


Tapi sebenarnya bagaimana prospek bisnis Bank Jago sendiri? Tidak hanya Bank Jago, Guru Besar Keuangan dan Pasar Modal Universitas Indonesia (UI) Budi Frensidy sudah beberapa kali mengimbau  agar investor berhati-hati menyikapi saham-saham bank kecil yang harganya sudah jauh lebih tinggi dari harga buku.

Menurutnya, saham bank dengan price to book value (PBV) sudah terlalu tinggi diperkirakan akan cenderung turun. "PBV yang wajar untuk bank kecil hanya 1 kali -1,5 kali," kata Budi, Rabu (6/10).  Saat ini hanya Bank Capital  BACA dan Bank Artagraha Intenational Tbk (INPC) yang tercatat masuk dalam kisaran wajar tersebut dengan PBV masing-masing 1,4x dan 0,6x,

Lalu ada Bank Bumi  Artha (BNBA)  dan Bank Ganesha (BGTG )memiliki PBV masing-masing 1,9x. Bank-bank kecil lain yang “jualan” platform bank digital sudah sangat tinggi. PBV Bank Harda (BBHI)  119 kali, Bank Jago (ARTO) 22,9 kali, saham Bank Aladin Syariah (BANK) 31,7x, Bank Bisnis Internasional  (BBSI) 16,6x dan Bank Neo Commerce (BBYB) 9,02 kali. 

CEO dan Founder Emtrade, Ellen May, menilai koreksi saham bank-bank digital karena terjadi rotasi sektoral di tengah kenaikan harga batubara. "Big fund atau duit yang ada di market baik itu dari investor besar maupun ritel arahnya buat investasi di saham batubara. Jadi wajar  saham bank digital koreksi. Apalagi  naiknya sudah banyak juga," kata Ellen pada Kontan.co.id , Jumat (8/10). 

Bagaimana prospek bank digital secara umum dan Bank Jago ke depan?

Editor: Ahmad Febrian