Saham Blue Chip Memerah, Cek Rekomendasi yang Layak Koleksi Menjelang Akhir 2022



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Sejumlah saham blue chip di jajaran indeks LQ45 memerah dalam sebulan terakhir. Pada bulan November ini, 10 saham LQ45 bertengger di urutan penghuni saham penekan indeks dengan pergerakan harga yang cenderung negatif (laggard).

Di antara saham laggard bulan ini ada saham PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Astra International Tbk (ASII), PT United Tractors Tbk (UNTR), dan PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO).

Research & Consulting Manager Infovesta Utama Nicodimus Kristiantoro membeberkan, setidaknya ada tiga faktor yang membuat sejumlah saham blue chip memerah. Pertama, momentum sektoral. Terutama ditunjukkan oleh merosotnya harga acuan batubara global dalam sebulan terakhir.


Kondisi ini tampak telah berdampak pada emiten batubara berkapitalisasi pasar jumbo seperti ADRO dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG). Tak hanya bagi produsen batubara, emiten yang terkait dengan pertambangan pun ikut terimbas.

Baca Juga: IHSG Melemah 0,27% Pada Senin (21/11), ITMG, TECH, MDKA Paling Banyak Net Buy Asing

Misalnya saja pada UNTR yang dalam sebulan terakhir harga sahamnya tergerus 11,04%. Penurunan saham-saham tersebut tak lepas dari harga batubara global yang anjlok sekitar 12% dalam sebulan.

"Secara historikal, gerak saham emiten batubara memang berkorelasi dengan gerak harga acuan batubara global," ujar Nico saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (21/11).

Kedua, penurunan harga saham blue chip sebagai respons pasar terhadap kinerja per kuartal III-2022. Nico mencontohkan pada kinerja keuangan dan saham TLKM. "Penurunan (harga saham) dalam sebulan ini bisa dibilang karena pasar merespons kurang baik pada kinerja keuangannya," imbuh Nico.

Sebagai informasi, pendapatan TLKM per kuartal III-2022 hanya tumbuh tipis 2,67% secara tahunan (YoY). Sedangkan laba bersih TLKM anjlok 12,14% menjadi Rp 16,58 triliun.

Baca Juga: Simak Proyeksi IHSG dan Rekomendasi Saham untuk Perdagangan Selasa (22/11)

Adapun, terpangkasnya laba bersih TLKM disebabkan kerugian yang belum direalisasi (unrealized loss) dari perubahan nilai wajar atas investasi sebesar Rp 3,08 triliun.

Alasan ketiga memerahnya saham blue chip adalah faktor teknikal. Nico menyoroti pergerakan saham ASII dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) yang sedang memasuki fase downtrend meski dalam jangka pendek.

 
TLKM Chart by TradingView

Technical Analyst Binaartha Sekuritas Ivan Rosanova mengamini, gerak landai emiten energi terutama batubara lantaran terpapar sentimen pelemahan harga komoditasnya. Sedangkan penurunan harga saham emiten lainnya masih terbilang wajar.

"Masih wajar di tengah pergerakan pasar yang cenderung koreksi dan masih tergolong landai. Secara kinerja per kuartal III pun mayoritas masih oke," sebut Ivan.

Editor: Noverius Laoli