KONTAN.CO.ID - Pada bulan ini, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan dirinya tidak menggertak tentang penggunaan senjata nuklir. Jika dia menindaklanjuti ancaman itu, kemungkinan senjata pilihannya adalah senjata nuklir taktis. Melansir
CBS News, Putin juga bukan satu-satunya yang berbicara tentang senjata ini. Menurut media pemerintah Korea Utara, uji coba rudal Korea Utara baru-baru ini melibatkan latihan "nuklir taktis" untuk mensimulasikan serangan ke Korea Selatan.
Penjelasan soal senjata nuklir taktis
Senjata nuklir taktis kadang-kadang disebut sebagai "nuklir kecil", meskipun mereka masih menyebabkan kematian dan kehancuran yang hebat. Senjata ini dirancang untuk serangan terbatas terhadap target spesifik yang relatif dekat, seperti pos komando, alih-alih menghancurkan kota dari jarak jauh.
Hasil ledakan senjata nuklir taktis dapat berkisar dari di bawah satu kiloton hingga sekitar 100 kiloton. Sedangkan senjata nuklir strategis dapat menghasilkan hingga seribu kiloton. Bom yang menghancurkan Hiroshima dan Nagasaki pada tahun 1945 adalah antara 12 dan 21 kiloton. Bom yang dijatuhkan di Hiroshima memiliki berat 9.700 pon dan sebuah bom seberat 10.800 pon meratakan Nagasaki.
Baca Juga: Seoul: Korea Utara Luncurkan Rudal ke Laut setelah Kirim Pesawat Tempur di Perbatasan Senjata nuklir taktis dapat memiliki hasil yang sama atau lebih besar — hingga beberapa kali lebih kuat dari bom Nagasaki — tetapi seringkali lebih kecil dan lebih portabel. Misalnya, selama Perang Dingin, Uni Soviet mengembangkan perangkat yang cukup kecil untuk dimasukkan ke dalam wadah seukuran koper.
Mengapa senjata nuklir taktis dikembangkan, dan apakah senjata itu pernah digunakan?
Tidak ada yang pernah menggunakan senjata nuklir taktis dalam pertempuran. Baik AS dan Uni Soviet mengembangkannya sejak awal selama Perang Dingin sebagai metode pencegahan. Sekutu NATO menempatkan senjata tersebut di Eropa sebagai bagian dari strategi "respon fleksibel" mereka untuk menunjukkan kepada Uni Soviet dan sekutunya bahwa konflik apa pun, bahkan dengan senjata konvensional, dapat memiliki konsekuensi nuklir.
Baca Juga: Ramalan Jika Rusia Kalah Perang di Ukraina, Apa yang Akan Terjadi? Editor: Barratut Taqiyyah Rafie