KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Cerita manis dari pasar saham juga dirasakan oleh Weli Gunawan. Karyawan perusahaan perkebunan ini merasakan memetik profit, buah hasil kedisiplinan dan dibantu
tools tepat. Maklum saja, investasi saham dikenal dengan
high risk high return. Namun, risiko pun bisa diminimalkan asal tahu caranya. Weli Gunawan bercerita mulai trading saham di awal 2008. Awalnya, tertarik karena diajak teman-teman yang sudah terjun dulu.
Pengetahuan pun kala itu masih minim. Namun, ia malah
nekat trading dengan nilai yang cukup lumayan untuk pemula yakni Rp100 juta. "Sepertinya menggiurkan lalu tertarik. Benar-benar tidak ada belajar, jalan begitu saja. Nah, nah di tahun 2008, bursa kan sempat
crash. Saya sadar, dan akhirnya mulai belajar setelah setahunan," ucap Weli, Selasa (23/1) Lantaran tidak belajar dan tidak punya bekal, di awal
trading, kalaupun untung, dia merasa semata-mata faktor keberuntungan. Namun setelah dipelajari, ternyata naik turun saham pun ada penyebab, bahkan dengan alat bisa diprediksi arah pergerakannya. "Jadi, bukan semata tebakan juga," imbuhnya. Sebagai trader yang sudah hampir 10 tahun bermain saham, ia tak memungkiri, di awal
trading cenderung tidak bijak. Pertama, masuk dengan modal cukup besar. Kedua, tak punya pengalaman dan hanya ikut ajakan teman.
Tak heran, karena minim pengalaman dan pengetahuan, modal yang ia gunakan, apalagi disusul pasar crash, sempat anjlok dalam. Namun, kata Weli, modalnya tak amblas karena pasar sempat
rebound. "Waktu itu sempat naik, lalu crash. Saya panik, tapi sempat
rebound jadi modalnya tidak habis-habis banget, lah. Itu jadi pengalaman sekali," kenang Weli. Nah, untuk pemula, kata dia, gunakan modal trading yang kecil terlebih dahulu untuk membiasakan diri. Jika sudah terbiasa dan tahu, maka modal bisa ditambah. Dalam trading, kata Weli, memang kadang-kadang ada semacam
beginner luck. Pas masuk langsung untung. Lalu serakah, tambah modal terus. Sampai akhirnya uang yang diperlukan untuk keperluan lain dimasukkan semua.
Editor: Yudho Winarto