Siapkan modal kerja Rp 700 miliar, begini rencana ekspansi Sreeya Sewu (SIPD)



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Sreeya Sewu Indonesia Tbk (SIPD) emiten produksi pakan, ayam pedaging dan makanan olahan menyatakan tahun ini stabil menggunakan working capital sebesar Rp700 miliar.

Sri Sumiyarsi, Direktur SIPD mengungkapkan dana tersebut dipakai dalam tiga tahun ke depan dan didapatkan dari inventory hingga beberapa vendor yang memberikan fasilitas kepada Perseroan. "Membicarakan serapan capex, kita membicarakan working capital. Hingga kini, kami masih stabil di angka Rp700 miliar," jelasnya saat melangsungkan paparan publik, Senin (16/8).

Ke depannya, Sri melanjutkan, SIPD akan meningkatkan kapasitas produksi dengan berekspansi di-breeding. Adapun lokasi dan tempatnya masih dalam pencarian.


Sri berharap, dalam waktu dekat bisa mendapatkan lokasi yang tepat dan cukup bagus. Ia menambahkan, dana investasi yang digunakan menggunakan besaran Rp700 miliar untuk tiga tahun ke depan.

Baca Juga: Strategi Steel Pipe Industry Indonesia (ISSP) capai target bisnis tahun ini

SIPD melanjutkan, tahun ini menargetkan pertumbuhan kinerja sebesar double digit. Direktur Utama PT Sreeya Sewu Indonesia Tommy Wattimena Widjaja menyatakan pihaknya percaya diri hal ini bisa tercapai. "Ada faktor eksternal yang jadi tantangan tahun ini, misalnya harga jagung belum membaik, harga kedelai masih tinggi, demand masih rendah sehingga profitability akan terdampak,” kata Tommy.

Sebagai catatan, pada tahun 2020, laba bersih perseroan turun signifikan 64,56% yoy dari menjadi Rp 28,27 dari tahun 2019 Rp 79,77 miliar.

Penurunan laba bersih terjadi sebagai dampak penurunan aktivitas ekonomi secara nasional. Kebijakan tersebut menyebabkan kelebihan pasokan ayam pada tahun 2020 karena daya beli masyarakat menurun.

Kelebihan pasokan ayam menyebabkan pelemahan harga ayam broiler dan ayam umur sehari atau Day Old Chick (DOC).

Di tahun 2020, perseroan menghadapi tantangan fluktuasi harga bahan baku SBM (Soya bean Meal) atau bungkil kacang kedelai yang tinggi, kemudian pelemahan harga DOC dan live bird serta pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS.

Baca Juga: Tambah gerai, Erajaya Swasembada (ERAA) serap capex Rp 93 miliar pada semester I

Di sisi lain, program pemusnahan (culling program) Kementerian Pertanian untuk menstabilkan harga ayam, mengakibatkan kenaikan biaya bahan baku dan berimbas pada kenaikan beban biaya produksi perusahaan.

Lebih jauh, di tahun 2020 perseroan mencatat penjualan bersih sebesar Rp 4,34 triliun atau meningkat 7,21% dibandingkan penjualan bersih tahun 2019 sebesar Rp 4,05 triliun.

Editor: Tendi Mahadi