KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Implementasi formula Harga Batubara Acuan (HBA) yang baru memberikan dampak yang beragam pada sejumlah emiten batubara mulai dari peningkatan beban royalti hingga harga jual batubara. Adapun, peningkatan beban royalti batubara ini dipengaruhi pula oleh penerapan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 15 Tahun 2022 tentang Perlakuan Perpajakan dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) serta Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 26 Tahun 2022 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Di tengah tren penurunan HBA yang terjadi dan bayang-bayang peningkatan beban royalti, sejumlah perusahaan batubara tetap menargetkan produksi dan penjualan dapat tercapai pada tahun ini.
Sekretaris Perusahaan PT Bukit Asam Tbk (
PTBA) Apollonius Andwie mengungkapkan, pihaknya tetap optimistis dapat menjaga kinerja tetap positif untuk tahun ini. "Meski ada berbagai tantangan, kami tetap optimistis. Kami telah menyiapkan sejumlah langkah untuk menjaga agar kondisi keuangan PTBA tetap sehat," ungkap Apollonius kepada Kontan, Kamis (15/6).
Baca Juga: APBI: Harga Batubara Turun, Kinerja Perusahaan Batubara Bakal Tertekan Hingga kuartal I 2023, produksi batubara PTBA mencapai 6,8 juta ton atau tumbuh sekitar 7%
year on year (YoY) dibandingkan kuartal I 2023. Untuk tahun ini, PTBA menargetkan produksi batubara mencapai 41 juta ton atau naik sebesar 11% YoY dari raihan tahun 2022 yang sebesar 37,1 juta ton. Demi memaksimalkan penjualan batubara di sisa tahun ini, PTBA bakal mengoptimalkan pasar domestik maupun ekspor. "Peluang ekspor ke sejumlah negara yang memiliki prospek pertumbuhan bagus, di antaranya adalah India dan Asia Tenggara," jelas Apollonius. Pihaknya pun berharap, skema Mitra Instansi Pengelola (MIP) Batubara yang kini tengah digagas pemerintah dapat segera diimplementasikan. Kehadiran MIP batubara diyakini bakal berdampak positif pada kinerja keuangan PTBA.
Asal tahu saja, merujuk laporan keuangan PTBA kuartal I 2023, terjadi kenaikan beban pokok pendapatan sebesar 66,15% YoY dari sebelumnya sebesar Rp 4,75 triliun menjadi Rp 7,89 triliun. Salah satu penyebab kenaikan ini yakni pos royalti ke pemerintah yang melambung sekitar 165,43% YoY dari Rp 489,65 miliar pada kuartal I 2022 menjadi Rp 1,29 triliun pada kuartal I 2023. Dampak peningkatan pos royalti turut dialami PT Adaro Energy Indonesia Tbk (
ADRO) di mana terjadi kenaikan di kisaran 14%-28%, dari tarif sebelumnya sebesar 13,5%. Tercatat, beban pokok pendapatan ADRO naik 73% menjadi US$ 1,07 miliar dari sebelumnya hanya US$ 623 juta. Kenaikan beban ini terutama karena kenaikan pada beban royalti PT Adaro Indonesia (AI), volume, maupun harga jual rata-rata dibandingkan pada periode yang sama tahun sebelumnya. Royalti yang dibayarkan kepada Pemerintah Indonesia dan beban pajak penghasilan badan mencapai US$ 622 juta, atau 94% lebih tinggi daripada US$ 320 juta pada kuartal pertama 2022.
Head of Corporate Communication Adaro Energy (ADRO) Febriati Nadira menjelaskan, pergerakan harga batubara yang terjadi merupakan sebuah mekanisme pasar.
Baca Juga: Ini Rincian Harga Batubara Acuan (HBA) Mei 2023 Setelah Gunakan Formula Baru "Untuk itu, kami senantiasa fokus pada hal-hal yang dapat kami kendalikan seperti kegiatan operasional. Keunggulan operasional serta efisiensi biaya merupakan hal-hal yang menjadi perhatian perusahaan," kata Ira kepada Kontan, Kamis (15/6). Ira melanjutkan, ADRO belum akan mengubah target produksi untuk tahun yang dipatok sekitar 62 juta ton hingga 64 juta ton. Tercatat, hingga kuartal I 2023 ADRO membukukan produksi sebesar 15,69 juta ton. Sementara itu, Direktur dan Sekretaris Perusahaan PT Bumi Resources Tbk (
BUMI) Dileep Srivastava mengungkapkan, belum ada perubahan utuk target pada tahun ini. "Belum ada perubahan dari panduan untuk tahun penuh, dikisaran 75 juta ton hingga 80 juta ton," kata Dileep, Selasa (15/6). Kontan mencatat, sepanjang kuartal pertama 2023, BUMI membukukan volume penjualan sebesar 15,4 juta ton batubara, menurun 4% dari penjualan di periode yang sama tahun lalu sebesar 16,0 juta.
Baca Juga: HBA Gunakan Formula Baru, Pembayaran Royalti Lebih Masuk Akal Secara rinci, penjualan KPC sebesar 10,7 juta ton (naik 3%) dan Arutmin Indonesia sebesar 4,8 juta ton (menurun sebesar 15%).
Dari sisi produksi, volume batubara yang ditambang pada kuartal pertama 2023 sebesar 16,1 juta ton, menurun 1,22% dari sebelumnya 16,3 juta ton pada kuartal pertama tahun lalu. Untungnya, realisasi harga batubara di kuartal pertama 2023 berhasil naik 23% menjadi US$ 103,7 per ton dari sebelumnya US$ 84,5 per ton di tahun sebelumnya. Di sisi lain, Royalti meningkat dari 13,5% menjadi 14% untuk domestik dan hingga 28% untuk ekspor efektif 1 April 2022. Royalty yang dibayarkan mencapai US$ 609 juta dan dibayarkan pada kuartal pertama 2023. Royalti ini naik 210% dari sebelumnya hanya US$ 196 juta di kuartal pertama 2022.
Editor: Anna Suci Perwitasari