Simak Catatan Analis Terkait IPO dan Rekomendasi Saham Emiten BUMN



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tak ada jaminan emiten Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan afiliasinya punya kinerja yang mentereng di bursa saham. Meski begitu, pelaku pasar cenderung antusias mengoleksi saham perusahaan plat merah.

Terbaru, ada PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) yang bakal menambah daftar emiten plat merah di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pertamina Geothermal melepas sebanyak-banyaknya 25% saham ke publik lewat Initial Public Offering (IPO).

Anak usaha PT Pertamina (Persero) di bidang panas bumi ini mematok harga penawaran di rentang Rp 820 - Rp 945 per lembar saham. Dari aksi korporasi ini Pertamina Geothermal berpotensi mengantongi dana segar hingga Rp 9,78 triliun.


Research Analyst Infovesta Kapital Advisori, Arjun Ajwani, melihat emiten terkait BUMN masih punya daya tarik bagi pelaku pasar. Di samping reputasi, persepsi investor masih cenderung menilai kinerja emiten BUMN bisa stabil dengan potensi return jangka panjang yang menarik.

Nilai tambah lainnya, kelangsungan usaha emiten BUMN dianggap lebih terjamin, misalnya saja ketika tertimpa persoalan tumpukan utang.

"Ekspektasinya tingkat return lebih konsisten dan terjamin dibandingkan swasta. Secara logika, kemungkinan bankruptcy juga lebih rendah," ujar Arjun kepada Kontan.co.id, Minggu (5/2).

Baca Juga: IPO BUMN Cukup Ramai di 2023, Begini Kata Analis

Kepala Riset Aldiracita Sekuritas Agus Pramono menyoroti jika dalam proses IPO, daya tarik terhadap emiten BUMN bisa terlihat dari hasil penawaran umum. Kelebihan permintaan (oversubscribed) mencerminkan antusiasme pasar terhadap IPO calon emiten.

Contohnya emiten anak BUMN yang baru tahun lalu menggelar IPO, yakni PT Adhi Commuter Properti Tbk (ADCP). Kala itu, diinformasikan bahwa ADCP mencatatkan oversubscribed hingga 14,4 kali pada hari perdana penawaran umum.

Hanya saja, Agus mengingatkan setelah resmi melantai di pasar saham, investor relatif tidak lagi membedakan antara saham BUMN maupun perusahaan swasta. Menurut Agus, semuanya akan berpulang pada dua faktor utama dari sisi internal dan eksternal.

Meliputi fundamental & valuasi sahamnya serta kondisi pasar saham dan sektor emiten. "Investor akan lihat juga gearing ratio-nya, utang, dan kualitas perusahaan menghasilkan earnings seperti apa," imbuh Agus.

Editor: Yudho Winarto