JAKARTA. PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) kembali membukukan kinerja yang buruk pada kuartal I-2017. GIAA membukukan rugi senilai US$ 98,49 juta, rugi yang diderita GIAA akibat kenaikan bahan bakar avtur yang menyebabkan beban oprasional membengkak. Tak hanya kali ini saja GIAA mencatatkan rugi, pada kuartal I tahun 2013 emiten penerbangan ini membukukan rugi sejumlah US$ 33,8 juta bahkan membengkak pada 2014 menjadi US$ 164 juta. Sempat membaik pada kuartal I-2015, membukukan laba senilai US$ 11,4 juta namun pada periode sama tahun 2016 labanya kembali menurun menjadi US$ 1 juta. Analis Samuel Sekuritas Akhmad Nurcahyadi menilai, sepanjang tahun 2017 GIAA diprediksi akan membukukan rugi bersih. Ini disebabkan GIAA tidak akan menikmati benefit trend penurunan harga minyak dunia yang berpengaruh positif pada beban operasional penerbangan (fuel cost). "Kami memproyeksikan GIAA akan membukukan rugi bersih tahun ini," ujarnya dalam riset 2 Mei 2017.
Simak rekomendasi para analis untuk saham GIAA
JAKARTA. PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) kembali membukukan kinerja yang buruk pada kuartal I-2017. GIAA membukukan rugi senilai US$ 98,49 juta, rugi yang diderita GIAA akibat kenaikan bahan bakar avtur yang menyebabkan beban oprasional membengkak. Tak hanya kali ini saja GIAA mencatatkan rugi, pada kuartal I tahun 2013 emiten penerbangan ini membukukan rugi sejumlah US$ 33,8 juta bahkan membengkak pada 2014 menjadi US$ 164 juta. Sempat membaik pada kuartal I-2015, membukukan laba senilai US$ 11,4 juta namun pada periode sama tahun 2016 labanya kembali menurun menjadi US$ 1 juta. Analis Samuel Sekuritas Akhmad Nurcahyadi menilai, sepanjang tahun 2017 GIAA diprediksi akan membukukan rugi bersih. Ini disebabkan GIAA tidak akan menikmati benefit trend penurunan harga minyak dunia yang berpengaruh positif pada beban operasional penerbangan (fuel cost). "Kami memproyeksikan GIAA akan membukukan rugi bersih tahun ini," ujarnya dalam riset 2 Mei 2017.