SKK Migas upayakan ketersediaan data dari 68 cekungan yang belum tergarap



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Upaya menarik investor minyak dan gas bumi ke tanah air terkendala ketersediaan data sejumlah cekungan yang belum tergarap. Sebelumnya, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengungkapkan, dari total 128 cekungan, ada 68 cekungan yang belum tergarap.

Nah, 68 cekungan ini tersebar di berbagai area di Indonesia. Plt Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Susana Kurniasih bilang, potensi 68 cekungan belum dapat dipastikan mengingat belum adanya data yang cukup.

Selain itu, belum ada operator dan wilayah kerja di sejumlah area tersebut jadi kendala dalam memperoleh data. "Yang utama adalah ketersediaan data. Makanya kami berusaha agar data-data cadangan itu lengkap," kata dia kepada Kontan.co.id, Selasa (15/9).


Susana melanjutkan, rencana eksplorasi 68 cekungan telah diungkapkan sejak 2018 silam, adapun aplikasinya baru dimulai pada akhir 2019.

Baca Juga: SKK Migas: Medco E&P Natuna temukan tambahan cadangan migas di Natuna

Ia menambahkan, upaya eksplorasi dilakukan melalui pelaksanaan Komitmen Kerja Pasti ( KKP) Jambi Merang yang dimulai pada akhir 2019 dan rampung di November 2020.

Selain eksplorasi KKP, Susana menerangkan upaya survei juga dilakukan SKK Migas secara periodik melalui survey aerogravity untuk penambahan data cadangan migas.

Kendati demikian, Susana tak merinci lebih jauh terkait roadmap eksplorasi 68 cekungan yang belum tergarap. "SKK Migas ingin secepatnya. Usaha dilakukan melalui KKP para KKKS agar mendapatkan kepastian kegiatan eksplorasi dapat dilakukan," ujar dia. 

Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan, upaya untuk mendorong eksplorasi masih terus dilakukan pasalnya saat ini tercatat ada 68 cekungan yang belum tergarap.

Menteri ESDM Arifin Tasrif bilang, Kementerian ESDM telah menyiapkan program jangka panjang untuk pemulihan sektor energi demi mencapai target produksi 1 juta barel per hari (bph).

"Masih ada 68 cekungan belum tergarap. Dalam waktu beberapa tahun mendatang kita bisa miliki data migas yang akurat dan diharapkan harga minyak bisa kembali normal," kata Arifin dalam diskusi virtual, Senin (14/9) malam.

Editor: Anna Suci Perwitasari