Sri Mulyani sebut Indonesia sudah masuk dalam tren pemulihan ekonomi



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, Indonesia sudah masuk dalam tren pemulihan ekonomi. Hal ini terindikasi dari adanya perbaikan di sejumlah indikator konsumsi rumah tangga.

Sri Mulyani mengatakan secara month to month (mtm), konsumsi listrik September masih tumbuh positif 2,1% dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 0,3%. Menkeu menganggap pertumbuhan konsumsi listrik di semua sektor menunjukkan recovery ekonomi.

Secara year on year (yoy) pun konsumsi listrik secara total di September 2020 tumbuh positif, jauh membaik dibandingkan bulan Agustus 2019.


Sri Mulyani menyampaikan konsumsi listrik untuk bisnis dan industri menunjukkan peningkatan seiring makin besarnya realisasi dukungan pemerintah.

Baca Juga: Sri Mulyani optimistis kinerja ekspor semakin membaik

Sementara konsumsi listrik untuk rumah tangga tumbuh stabil karena masyarakat masih banyak melakukan kegiatan di rumah seperti work from home (WFH) dan belajar di rumah.

Namun demikian, indikator mobilitas masyarakat di bulan September terkontraksi 1,87% mtm. Namun, pengurangan pergerakan ini merupakan bagian dari strategi pemerintah untuk menangani kesehatan dan perbaikan ekonomi.

Penurunan aktivitas masyarakat terlihat pada rekreasi, farmasi, taman, dan transportasi. Sementara aktivitas pada tempat kerja, kata Menkeu sedikit mengalami perbaikan.

Kendati begitu, Sri Mulyani bilang kondisi ini lebih baik dibanding kuartal II-2020 saat pertama kalinya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) diberlakukan. Menkeu mengatakan terjadi pemulihan selama tiga bulan berturut-turut yakni pada Juli-September 2020.

Baca Juga: Sri Mulyani: PSBB bikin penerimaan pajak tertekan

“Ini artinya sudah ada tren pemulihan. Indikator mobilitas masyarakat juga membaik, meski kemarin ada PSBB untuk kendalikan Covid-19 dan kontribusi penurunan di September kemarin, tapi aktivitas masyarakat di bulanan mulai membaik, apakah pergi ke grocery dan farmasi,” ujar Menkeu.

Editor: Noverius Laoli