Studi Sebut Sinovac dan Sinopharm Lemah terhadap Omicron, Harus Segera Dapat Booster?



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam penelitian terbaru, vaksin Covid-19 Sinovac dan Sinopharm cenderung lemah terhadap varian Omicron. Dengan demikian, perlukah segera melakukan booster vaksin? 

Berdasarkan hasil studi laboratorium dari University of Hong Kong dan The Chinese University of Hong Kong, didapatkan bahwa dua dosis dan booster vaksin Covid-19 Sinovac tidak menghasilkan tingkat antibodi penetral yang cukup untuk melindungi diri dari varian Omicron. 

Seperti dikutip dari Straitstimes, Kamis (23/12), hasil studi itu menunjukkan, bagi mereka yang diimunisasi lengkap dengan vaksin CoronaVac produksi Sinovac Biotech China dan mendapatkan suntikan booster dari BioNtech SE Jerman, secara signifikan rendah dalam meningkatkan tingkat perlindungan antibodi terhadap Omicron. 


Dua dosis suntikan BioNTech, yang dikenal sebagai vaksin Cominarty, juga tidak cukup, meskipun menambahkan booster dengan vaksin mRNA yang lebih kuat meningkatkan perlindungan ke tingkat yang memadai. 

Baca Juga: Ingin Liburan Akhir Tahun? Inilah 92 Kabupaten/Kota yang Bebas Covid-19

Sementara itu, dalam studi yang berbeda ditemukan bahwa booster atau suntikan penguat vaksin Covid-19 Sinopharm juga memiliki aktivitas penetralan yang secara signifikan rendah atau lemah terhadap varian Omicron. 

Hasil ini didapatkan dari studi yang dilakukan oleh para peneliti dari Shanghai Jiao Tong University dan laboratorium berbasis di Shanghai, ketika mereka berusaha membandingkan aktivitas vaksin booster Sinopharm terhadap jenis virus corona pertama dari Wuhan. 

Dilansir dari Reuters, Senin (20/12), aktivitas antibodi penetral dari booster Sinopharm BBIBP-CorV terhadap varian Omicron menunjukkan 20,1 kali lipat, dibandingkan dengan aktivitas vaksin tersebut terhadap strain Wuhan. 

Seperti diketahui, CoronaVac dari Sinovac merupakan jenis vaksin Covid-19 yang paling banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia. Begitu juga vaksin Sinopharm. 

Baca Juga: Kasus Omicron naik jadi 19, 10 daerah ini catat 0 kasus Covid-19 pada Jumat (24/12)

Dari laporan terbaru itu, ahli biologi molekuler Ahmad Utomo mengatakan, hasil studi tersebut adalah studi in vitro, sehingga tidak perlu terburu-buru untuk menyimpulkan sesuatu, termasuk pelaksanaan booster vaksin Covid-19. "Oh ini studi in vitro kemampuan antibodi dari orang yang divaksin Sinovac," kata Ahmad kepada Kompas.com, Jumat (24/12). 

Untuk diketahui, studi in vitro adalah pengujian yang dilakukan di luar tubuh makhluk hidup. Pengujian ini dilakukan pada kultur bakteri, sel terisolasi atau organ terisolasi. Biasanya studi ini baru sebatas uji laboratorium saja. Jika hasilnya positif, maka akan dilanjutkan dengan uji in vivo atau pengujian pada makhluk hidup (hewan). 

Editor: Tendi Mahadi