Sudah ada 24 vaksin virus corona paling potensial, siapa saja pembuatnya?



KONTAN.CO.ID - Lebih dari 150 kandidat vaksin dari 12 negara, termasuk India, sedang berlomba untuk melawan Covid-19 yang telah menginfeksi lebih dari 15 juta orang dan membunuh lebih dari 618.407 orang di seluruh dunia dalam waktu kurang dari enam bulan. 

Melansir situs resmi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), terdapat 24 kandidat telah memasuki tahap uji klinis per 21 Juli 2020.

Namun, vaksin yang dikembangkan oleh University of Oxford, serta dua dari China yakni Sinovac Biotech berhasil masuk ke tahap terakhir uji klinis terhadap manusia. 


Salah satu kandidat vaksin yang paling layak adalah AZD1222 , yang dikembangkan bersama oleh Universitas Oxford, perusahaan Inggris-Swedia, AstraZeneca, dan lainnya. 

AZD1222 telah berhasil melewati tahap 2 uji klinis di Inggris. Tahap ketiga sedang dilakukan di Brasil dan Afrika Selatan.  "Vaksin dapat dibuat komersial pada awal tahun depan," kata Shabir Madhi, profesor vaksin di Universitas Witwatersrand di Johannesburg, yang memimpin uji klinis di Afrika Selatan. 

Baca Juga: Waduh! Kasus virus corona global akhirnya melampaui angka 15 juta

Rincian informasi 24 vaksin

Berikut informasi singkat mengenai 24 kandidat vaksin virus corona paling potensial yang dilansir dari laman resmi masing-masing perusahaan:

China

1. Wuhan Institute/Sinopharm

Wuhan Institute atau Institute Virologi Wuhan mulai berdiri pada 1956 dan bergerak di bidang virus pertanian serta penelitian mikroba lingkungan. 

Awalnya merupakan Institut Mikrobiologi Wuhan yang didirikan oleh akademisi ahli virologi terkenal Gao Shangyin dan akademisi ahli mikrobiologi Chen Huagui dan sejumlah ilmuwan generasi tua. 

Kini, posisi strategis dari Institut Virologi Wuhan adalah untuk menghadapi kesehatan populasi nasional, pengembangan pertanian berkelanjutan, penelitian virologi, maupun ledakan penyakit menular dan biosekuriti. 

Sementara itu, vaksin dari Institut Wuhan telah memasuki uji klinis Fase II. Institut ini berafiliasi dengan grup perusahaan farmasi milik negara Sinopharm, yang manajemennya diawasi oleh SASAC.

2. Sinovac/Instituto Butantan

Perusahaan ini berawal pada 1993 ketika Chief Executive Officernya Weidong Yin dan tim di Tangshan Yian Biological Engineering Co. Ltd. terlibat dalam kegiatan R&D untuk pengembangan vaksin hepatitis A.

Kemudian, pada 1999, keduanya berhasil mengembangkan vaksin hepatitis A tidak aktif pertama yang dikembangkan oleh para ilmuwan China. Perusahaan ini pun resmi berdiri pada 2001 dengan memproduksi dua kategori vaksin, yakni vaksin untuk influenza dan vaksin untuk hepatitis.

Perusahaan asal China ini menjadi satu dari empat produsen yang bergerak ke tahap akhir dalam perlombaan pengembangan vaksin Covid-19. 

Di Indonesia, Sinovac bekerja sama dengan Bio Farma untuk memproduksi dan mendistribusikan vaksin virus corona. 

Baca Juga: Pro kontra vaksin Covid-19 dari China, UNPAD: Kita sudah banyak korban, harus cepat!

3. CanSino Biological Inc./ Beijing Institute of Biotech

Pada 2009, perusahaan ini didirikan di Tianjin, China. CanSino Biological Inc. dan sebelumnya telah berhasil membuat satu vaksin yang disetujui untuk penyakit virus Ebola (Ad5-EBOV) dan 16 kandidat vaksin lainnya. 

Melansir Reuters, Selasa (21/7), kandidat vaksin CanSino, Ad5-nCOV, merupakan satu dari segelintir vaksin yang memberikan harapan dalam uji klinis pada manusia. 

Vaksin tersebut juga bersiap untuk uji coba tahap akhir, bersama dengan proyek yang melibatkan Moderna Inc, BioNTech SE dan Inovio Pharmaceuticals Inc.

4. Beijing Institute of Biological Products/Sinopharm

Pada 1940, Institut Teknologi Beijing (BIT) merupakan universitas sains dan teknik pertama didirikan di Yan'an oleh Partai Komunis China.

Sementara, China National Pharmaceutical Group Co, Ltd (Sinopharm) adalah grup perusahaan kesehatan terbesar milik negara di bawah Komisi Pengawasan Aset dan Administrasi (SASAC). 

Sinopharm memiliki lebih dari 1.100 anak perusahaan dan 6 perusahaan yang terdaftar yaitu Sinopharm Group Co, Ltd (Sinopharm Holding). 

Sementara, vaksin buatan mereka menggunakan platform inactivated dengan target virus SARS-CoV2. Untuk vaksin virus corona Covid-19  yang sudah menjalani fase 3 WHO memberikan kode ChiCTR2000034780. 

Selain vaksin yang sudah menjalani uji klinis fase 3, Beijing Institute of Biological Products/Sinopharm juga tengah melakukan uji klinis fase 1/2 dengan kode vaksin ChiCTR2000032459.

5. Anhui Zhifei Longcom Biopharmaceutical/ Institute of Microbiology, Chinese Academy of Sciences

Institut ini berdiri pada 3 Desember 1958 dan berfokus pada riset mengenai mikrobiologi. 

Kandidat vaksin virus corona yang dikembangkan oleh sebuah unit Produk Biologi Zhifei Chongqing China pun kini telah masuk ke tahap uji klinis tahap kedua. 

Perusahaan itu tidak memberikan perincian desain uji coba atau hasil uji klinis tahap pertama.

Baca Juga: AS catat lebih dari 1.000 kematian akibat virus corona untuk dua hari berturut-turut

6. Institute of Medical Biology, Chinese Academy of Medical Sciences

Institute of Medical Biology (IMB) memfokuskan portofolio penelitiannya tentang penyakit manusia. Institut ini bagian dari Chinese Academy of Medical Sciences yang fokus terhadap pengembangan vaksin dari penyakit menular. 

Sementara kandidat vaksin virus corona dari institut ini berhasil melewati uji klinis tahap pertama dan masuk ke tahap kedua.

7.  Clover Biopharmaceuticals Inc./GSK/Dynavax

Clover Biopharmaceuticals Inc. merupakan perusahaan bioteknologi yang berbasis di China dan berfokus pada pengembangan terapi secara biologi untuk kanker dan penyakit autoimun. 

Kandidat vaksin milik perusahaan ini kini telah berhasil melewati uji klinis tahap pertama.

8. People's Liberation Army (PLA) Academy of Military Sciences/Walvax Biotech

Akademi yang berdiri pada 1958 ini merupakan lembaga penelitian tingkat tertinggi dari PLA China. 

Kini, kandidat vaksin virus corona dari akademi ini berhasil melewati tahap pertama uji klinis. 

Baca Juga: Mengenal Sinovac, perusahaan China yang kirim vaksin corona ke Indonesia