KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perkembangan kredit perbankan terus mengalami kontraksi. Terbaru, Bank Indonesia mengumumkan per November 2020 kredit perbankan turun sebesar 1,39% secara year on year (yoy). Kontraksi itu melanjutkan perlambatan di bulan sebelumnya yang juga minus 0,47% yoy. Bank Sentral memandang bahwa rendahnya pertumbuhan kredit lebih disebabkan oleh sisi permintaan dari dunia usaha dan juga adanya persepsi risiko dari sisi penawaran perbankan. Melihat kondisi itu, perbankan pun mau tidak mau harus mengalokasikan sebagian likuiditasnya ke instrumen investasi atau biasa disebut secondary reserve. Salah satu yang paling menjadi incaran adalah Surat Berharga Negara (SBN). Data terbaru menunjukkan total kepemilikan SBN perbankan saat ini telah menembus Rp 1.497,05 triliun per 16 Desember 2020 menurut data Kementerian Keuangan (Kemenkeu).
Tak bisa optimalkan kredit, bank memarkir dana di surat berharga negara (SBN)
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perkembangan kredit perbankan terus mengalami kontraksi. Terbaru, Bank Indonesia mengumumkan per November 2020 kredit perbankan turun sebesar 1,39% secara year on year (yoy). Kontraksi itu melanjutkan perlambatan di bulan sebelumnya yang juga minus 0,47% yoy. Bank Sentral memandang bahwa rendahnya pertumbuhan kredit lebih disebabkan oleh sisi permintaan dari dunia usaha dan juga adanya persepsi risiko dari sisi penawaran perbankan. Melihat kondisi itu, perbankan pun mau tidak mau harus mengalokasikan sebagian likuiditasnya ke instrumen investasi atau biasa disebut secondary reserve. Salah satu yang paling menjadi incaran adalah Surat Berharga Negara (SBN). Data terbaru menunjukkan total kepemilikan SBN perbankan saat ini telah menembus Rp 1.497,05 triliun per 16 Desember 2020 menurut data Kementerian Keuangan (Kemenkeu).