Tak semua saham menarik pasca stock split, simak sejumlah hal yang perlu dicermati



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejak awal tahun 2021, sejumlah emiten telah memecah nilai nominal saham atawa stock split. Menurut catatan Kontan.co.id, ada empat emiten yang telah melakukan stock split yakni EMTK, HOKI, ERAA, dan SRTG

Yang terbaru, ada emiten rumah sakit PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL) yang berencana stock split dengan rasio 1:5. Artinya, setiap kepemilikan satu saham dengan nilai nominal Rp 100 akan berubah menjadi lima saham HEAL dengan nilai nominal menjadi Rp 20 per saham.

Analis Phillip Sekuritas Helen menanggapi, stock split memang biasa ditunggu oleh investor ritel yang berminat membeli saham tertentu, akan tetapi modal yang dimiliki tidak mencukupi. 


Ia mencontohkan stock split ketiga saham UNVR pada tahun lalu dengan rasio 1:5. Harga saham sebelum stock split dipatok Rp 42.000 per saham. Dengan kata lain untuk membeli satu lot saham diperlukan dana hingga Rp 4,2 juta. 

Setelah stock split, harga saham UNVR menjadi Rp 8.400 per lembar saham. Sehingga, investor dapat mengantongi satu lot saham UNVR dengan harga yang lebih rendah, yakni Rp 840.000. 

Baca Juga: Medikaloka Hermina (HEAL) berencana stock split, begini saran analis

Oleh karenanya, stock split akan mendorong lebih banyak investor melakukan transaksi suatu saham karena harga yang lebih terjangkau. Sehingga, dari sisi likuiditas sahamnya pun berpotensi meningkat.  Bagi trader, likuiditas termasuk kunci dalam berinvestasi saham. Trader menjadi lebih mudah membeli maupun menjual dengan volume transaksi yang besar karena semakin banyak investor berminat.

"Tapi stock split tidak menjamin 100% bahwa saham akan dilirik atau menjadi lebih likuid oleh investor," ungkap Helen kepada Kontan.co.id, Rabu (19/5). 

Lebih lanjut dijelaskan, pergerakan harga saham pasca stock split juga dipengaruhi oleh kinerja emiten yang tercermin dari laporan pendapatan, laba rugi, cash flow, dan lainnya.

Editor: Herlina Kartika Dewi