KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT TBS Energi Utama Tbk (
TOBA) telah menyiapkan
pipeline pengembangan energi baru terbarukan (EBT) untuk mencapai target net
zero carbon di 2030. Salah satu inisiatif untuk mengawali upaya dekarbonisasi, baru-baru ini TOBA melepas kepemilikan sahamnya sebesar 5% di Paiton Energy yang merupakan perusahaan PLTU terbesar di Indonesia.
TOBA telah menjalani evolusi dari yang sebelumnya bisnis pertambangan batubara murni menjadi perusahaan energi terintegrasi dengan fokus utama pengembangan utama bisnis hijau dan bisnis energi bersih.
Direktur TBS Energi Utama, Alvin Firman Sunanda menjelaskan, TBS menargetkan menjadi pionir
green business revolution di Indonesia dengan target net
zero carbon emission di 2030, jauh dari target Indonesia di 2060.
"Untuk itu kami menjalankan beberapa hal, yakni mulai meng-
eksplor menjalankan divestasi fosil
fuel business, kami juga akan fokus
reinvestasi di bidang energi terbarukan yang inovatif di seluruh Indonesia," jelasnya dalam paparan publik secara virtual, Rabu (17/11).
Baca Juga: TOBA siap benamkan US$ 500 juta untuk tekan emisi nol bersih atau net zero emission Alvin mengungkapkan,TOBA memiliki lebih dari 900 MW
renewable energy sebagai potensi pengembangan bisnis dari total 20 GW potensi yang teridentifikasi pada RUPTL PLN. Di dalam
pipeline tersebut meliputi tenaga air, angin, surya, biomassa, dan
waste to energi.
Adapun saat ini pengembangan potensi EBT yang sudah ada di dalam
pipeline TOBA sebagai berikut, hidro 6 MW, solar PV 48 MW,
waste to-energy 20 MW, biomassa 20 MW, dan angin 22 MW. Kemudian, dari segi potensi dalam studi yang sudah ada di dalam
pipeline TOBA sebagai berikut,
hydro 208 MW, solar PV 368 MW,
waste to energy 48 MW, biomassa 110 MW, dan angin 50 MW.
Sejauh ini, proyek hidro dan angin yang sudah menunjukkan perkembangan. Alvin memaparkan untuk PLTMH oleh PT Adimitra Energi Hidro di Lampung ini berkapasitas 2x3 MW. TBS Energi Utama memiliki 49% kepemilikan di proyek ini. Adapun untuk
Power Purchase Agreement (PPA) selama 25 tahun dengan PLN yang ditandatangani pada 22 Februari 2021.
Adapun proyek ini sedang dalam proses
financial closing pada akhir 2021. Asal tahu saja, pembangkit listrik tenaga air ini membutuhkan capex senilai US$ 16 juta sampai US$ 17 juta yang ditargetkan penyelesaian konstruksi pada Juni 2024.
Editor: Handoyo