Tekanan darah tinggi, apakah bisa turun dengan olahraga?



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kebanyakan dari kita yang rajin olahraga, akan diajarkan untuk mengetahui detak jantung saat istirahat, detak jantung maksimal, dan zona detak jantung saat latihan. Tapi, ada satu ukuran terkait jantung yang tak sering diperhatikan oleh banyak orang namun sesungguhnya wajib diketahui, yaitu tekanan darah.

"Tekanan darah tinggi adalah masalah kardiovaskular paling umum yang saya lihat pada banyak orang, walau mereka suka berolahraga," kata Larry Creswell, M.D., ahli bedah jantung dan penulis Athlete's Heart Blog. Sekitar sepertiga orang Amerika mempunyai tekanan darah tinggi, dan sepertiga lainnya memiliki prehipertensi atau di atas tekanan darah normal.

Parahnya, hanya sekitar setengah dari orang yang punya tekanan darah tinggi yang mengendalikannya. Tekanan darah tinggi memang tidak memiliki gejala tertentu, sehingga kita sering tidak menyadarinya selama bertahun-tahun, sampai kita mengalami serangan jantung atau stroke.


Itu sebabnya, dokter menyebut tekanan darah tinggi sebagai silent killer. "Mereka yang aktif berolahraga memang cenderung lebih kecil kemungkinannya terkena dampak berbahaya dari darah tinggi, tapi mereka tidak kebal," kata Creswell.

Baca Juga: Coba sentuh ujung jari kaki, cara mudah mendeteksi penyakit jantung

"Olahraga umumnya mengarah pada penurunan tekanan darah. Orang yang aktif secara fisik memiliki risiko 50% lebih rendah mengalami hipertensi daripada orang yang tidak aktif. Tetapi beberapa orang masih memiliki risiko itu meski olahraga teratur," kata dia.

Tekanan darah adalah kekuatan darah yang mendorong dinding pembuluh darah saat jantung kita berdetak. Ini diukur dalam milimeter air raksa (mmHg). Tekanan darah sejatinya dibagi dua angka. Angka atas, tekanan sistolik, mewakili jumlah tekanan di pembuluh darah kita ketika jantung berdetak. Kemudian angka bawah, tekanan diastolik, mewakili jumlah tekanan di pembuluh darah saat jantung kita beristirahat di antara detak jantung.

Tekanan darah normal berada di bawah 120/80 mmHg. American Heart Association (AHA) menyebut tekanan darah meningkat ketika tekanan sistolik antara 120 - 129 dan tekanan diastolik kurang dari 80. American Heart Association sebelumnya mendefinisikan hipertensi atau tekanan darah tinggi bila pengukuran mencapai 140/90 dan lebih tinggi.

Pada 2017, mereka menurunkan plafon dan mendefinisikan bahwa tekanan lebih dari 130/80 sebagai hipertensi stadium 1, dan lebih tinggi dari 140/90 sebagai hipertensi stadium 2 dengan harapan menjangkau banyak orang pada tahapan awal penyakit.

Baca Juga: Ingin sehat tapi malas olahraga? Coba cara ini

Dokter akan mengukur tekanan darah kita sebagai hal biasa selama pemeriksaan rutin (beberapa dokter gigi bahkan melakukan layanan ini). Namun, kita juga bisa mengukurnya sendiri dengan mudah.

Jika mengetahui bahwa diri kita memiliki tekanan darah tinggi, ada baiknya membeli monitor tekanan darah portabel yang dapat dipakai di rumah, kata Creswell. Usia, genetik, jenis kelamin (pria umumnya berisiko lebih tinggi), dan etnis, semuanya menjadi faktor risiko seseorang terkena tekanan darah tinggi. Tetapi diet, olahraga, dan gaya hidup bisa membawa dampak besar.

Bagaimana olahraga menurunkan tekanan darah

Editor: Wahyu T.Rahmawati