Terjangkit virus corona tanpa gejala, benar-benar tak merasakan gejala?



KONTAN.CO.ID - Mereka yang terinfeksi virus corona baru ada yang menunjukkan gejala klinis, ada pula yang tanpa gejala. Jumlah orang tanpa gejala pun cukup banyak. 

Pada Juni lalu, di Indonesia, lebih dari 80% kasus positif Covid-19 dari orang tanpa gejala. Apakah orang tanpa gejala benar-benar tak merasakan gejala apa pun dari infeksi virus corona? 

Dr Tonang Dwi Ardyanto, ahli patologi klinis yang juga juru bicara Satgas Covid-19 UNS/RS UNS, menjelaskan, ada 3 kelompok penderita Covid-19 yaitu: 

  • Murni tanpa gejala (asimptomatik) 
  • Pre-simptomatik: saat dinyatakan positif dia tidak bergejala, tetapi beberapa hari kemudian muncul gejala
  • Simptomatik: saat dinyatakan positif memang sudah ada gejala. 

“Dalam kelompok pre dan simptomatik itu gejalanya bisa dari ringan, sedang, berat, sampai kritis,” ujar Tonang kepada Kompas.com.

Baca Juga: Jokowi sebut penanganan wabah virus corona di Indonesia berbeda, kenapa?

Untuk menetapkan seseorang yang terinfeksi virus corona adalah pasien konfirmasi tanpa gejala (KTG), bisa dilihat perkembangannya hingga masa isolasi mandiri selesai. 

“Bila selama masa isolasi timbul gejala, maka tidak dapat disebut KTG,” kata Tonang. Apa pun kondisi pasien, bergejala maupun tidak, memiliki potensi yang sama untuk menularkan.

Masa penularan paling tinggi 

Tonang mengatakan, masa penularan yang paling tinggi adalah saat fase presimptomatik. Kondisi ini terjadi saat menjelang munculnya gejala.

“Saat itu, posisi jumlah virus paling tinggi, sehingga paling tinggi risikonya menular,” ungkap dia. 

Baca Juga: Pemerintah siapkan hotel untuk tambah fasilitas isolasi pasien Covid-19

Editor: S.S. Kurniawan