Tersulut Kenaikan Permintaan Bank Sentral, Harga Emas Diproyeksi Cetak Rekor Baru



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Emas belakangan semakin diburu. Kemilau logam mulia ini pun semakin terang usai kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) yang lebih lambat. Harga emas bahkan diperkirakan siap terbang menuju level tertinggi baru alias all time high (ATH) di tahun ini di tengah kebutuhan yang meningkat.

Kamis (2/2), harga emas batangan produksi Antam menyentuh level tertinggi dalam 17 bulan terakhir di Rp 1,042 juta per gram. Sementara harga emas di pasar spot melesat 5,72% sepanjang Januari ke US$ 1.928,36 per ons troi.

Senior Analis DCFX Futures Lukman Leong melihat, aksi sejumlah bank sentral memborong emas menjadi salah satu penopang kenaikan harga emas. "Meredanya kenaikan suku bunga berkorelasi pada kemampuan negara untuk memborong emas," tutur Lukman.


Baca Juga: Pilihan Valas Yang Menarik Saat Kondisi Ekonomi Tak Menentu

Analis Global Kapital Investama Alwi Assegaf menyebutkan, sepanjang tahun 2022, pembelian emas secara global mencapai 1.135 ton, rekor tertinggi dalam 55 tahun terakhir.

People Bank of China (PBoC) menjadi pembeli terbesar, mencapai 20% dari total pembelian emas sepanjang tahun lalu. Bank sentral di Turki, India, dan Uzbekistan juga ikut memborong emas.

Lukman menambahkan, bank sentral China telah mengakumulasi emas dalam 20 tahun terakhir namun tidak pernah melaporkannya secara transparan. China diperkirakan memiliki setidaknya 6.000 ton-10.000 ton emas dibandingkan 2.000 ton yang diakuinya.

"Dengan cadangan devisa yang besar, China masih mampu membeli emas dalam beberapa tahun ke depan," ujar dia.

Baca Juga: Robert Kiyosaki Ingatakan Resesi Global Telah Dimulai, Segera Buru Aset-Aset Ini

Lukman menambahkan, konflik Rusia dan Ukraina juga berdampak pada peningkatan pembelian emas. Sebab, banyak aset bank sentral Rusia dibekukan. Situasi ini mendorong bank sentral China, Turki dan Rusia melakukan diversifikasi ke aset emas.

"Permintaan dari bank sentral akan menopang harga emas ke depan," timpal Alwi.

Editor: Noverius Laoli