Tiga poros ini bakal bersaing sengit di ekosistem digital di Indonesia



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Grab Holdings inc. (Grab) mengumumkan rencana menjadi perusahaan terbuka di Amerika Serikat bekerja sama dengan Altimeter Growth Corp (Nasdaq: AGC). Nilai transaksi pada valuasi pro-forma ekuitas perdana diprediksi mencapai sekitar US$ 39,6 miliar berdasarkan nilai Private Investment in Public Equity (PIPE) yang melebihi US$ 4 miliar.

Dengan proyeksi itu, investasi dalam bentuk dana tunai baru ke Grab diperkirakan bisa menyentuh total US$ 4,5 miliar. Aksi ini diprediksi akan menjadi penawaran ekuitas perdana terbesar sepanjang sejarah di bursa saham Amerika Serikat oleh perusahaan Asia Tenggara.

PIPE tersebut dipimpin oleh Altimeter yang berkomitmen US$750 juta. Investor terkemuka dari Indonesia seperti Djarum, Keluarga Sariaatmadja (Grup EMTEK), dan Grup Sinar Mas juga berpartisipasi dalam penawaran PIPE ini. Masuknya tiga konglomerasi Indonesia itu bakal membuat peta persaingan industri digital di Indonesia semakin sengit. Sebab, ketiganya juga memiliki portofolio investasi dalam ekonomi digital.


Baca Juga: Grab mencaplok saham Elang Mahkota Teknologi (EMTK), simak prospeknya ke depan

Peneliti Center of Innovation and Digital Economy Indef, Nailul Huda menilai aksi tersebut dapat membuat kompetisi ekonomi digital di Indonesia mengerucut pada tiga poros utama. Pertama, Gojek dan Tokopedia yang dikabarkan segera merger dan menyusul untuk menggelar IPO.

Kedua, grup Grab dengan dana segar dari IPO dan sokongan ekosistem bisnis dari para investornya. Ketiga, Shopee dengan dukungan dari SEA Grup-nya. "Ini menarik, karena di beberapa sektor ekonomi digital tampaknya sudah mengerucut persaingannya. Ride-hailing Gojek-Grab. E-commerce Tokped-Bukalapak-Shopee. Payment Gopay-Ovo-ShopeePay-LinkAja-Dana," kata Huda saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (15/4).

Di luar tiga poros raksasa itu, persaingan akan semakin sulit. Oleh sebab itu, merger dan akuisisi akan menjadi opsi untuk bertahan dan mengembangkan lini bisnisnya. Jika tidak, maka platform ekonomi digital lainnya bisa merger dan membentuk ekosistem baru, asalkan bisa menggaet investor dengan pendanaan yang melimpah.

Editor: Handoyo .