Tinggalkan Pola Pikir Miskin Jika Ingin Kaya, Ganti dengan Pola Pikir Hemat



KONTAN.CO.ID - Meskipun secara sekilas berhemat dan kemiskinan mungkin tampak serupa, riset mengungkapkan perbedaan signifikan antara pola pikir dan perilaku orang yang berhemat dengan mereka yang berpola pikir kemiskinan. 

Mengenali perbedaan ini memungkinkan orang untuk mengembangkan praktik keuangan yang lebih sehat dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi mereka. 

Mengutip New Trader U, berikut sepuluh perbedaan penting antara pola pikir hemat dan pola pikir miskin didasarkan pada temuan penelitian:


1. Pendekatan terhadap Pengeluaran

Orang yang berhemat membelanjakan uang dengan sengaja dan strategis. Mereka memprioritaskan untuk mendapatkan hasil maksimal dari uang yang mereka keluarkan dan rela membayar lebih untuk barang berkualitas tinggi dan tahan lama. 

Pembeli yang hemat mungkin memilih pembuat kopi seharga Rp 1.000.000 yang bertahan sepuluh tahun daripada model seharga US$ 300.000 yang mudah rusak.

Sebaliknya, mereka yang berpola pikir kemiskinan cenderung melakukan pembelian impulsif atau memangkas pengeluaran secara drastis. Mereka sering memilih opsi yang paling murah tanpa mempertimbangkan kualitas atau nilai jangka panjang.

Tonton: Baby Boomer Generasi Terkaya yang Pernah Ada, Siapa Generasi yang Jadi Pecundang?

2. Pandangan terhadap Sumber Daya

Orang yang hemat menganggap sumber daya berlimpah dan berfokus pada penggunaannya secara bijaksana. Mereka percaya selalu ada cara untuk menghasilkan nilai dan meningkatkan kondisi keuangan mereka.

Pola pikir miskin menganggap sumber daya langka dan terbatas. Pandangan kelangkaan ini dapat memicu kecenderungan menimbun dan kesulitan menemukan peluang.

3. Sikap terhadap Risiko

Meskipun berhati-hati, orang yang hemat sering kali mengambil risiko yang direncanakan dengan baik, khususnya yang berkaitan dengan investasi dengan potensi keuntungan finansial jangka panjang.

Mereka yang memiliki pola pikir kemiskinan biasanya menghindari semua risiko finansial yang dirasakan, meskipun mungkin ada keuntungan.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie