KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren penurunan suku bunga menjadi angin segar bagi industri perbankan. Sebab, selain bisa menurunkan biaya bunga bank, perbankan juga memiliki ruang tambahan untuk menurunkan bunga kredit untuk mendorong penyaluran kredit. Namun, di sisi lain, volatilitas perbankan terhadap risiko juga ikut melebar. Hal ini tentu mengharuskan bank untuk lebih waspada dalam menyalurkan kredit di tengah laju penurunan bunga.
Baca Juga: Bunga LPS turun, bunga deposito bank tertinggi 6,8% Menurut Direktur Kepatuhan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) Mahelan Prabantarikso, tren penurunan bunga harus dapat dimaanfaatkan seluruh bank secara efektif. "Bukan sekedar bunga yang turun, tapi apakah penurunan bunga sudah dapat mendorong pertumbuhan ekonomi?," katanya kepada Kontan.co.id, Selasa (19/11). BTN sebagai bank pemain kredit pemilikan rumah (KPR) mengamini bahwa industri properti sedang tumbuh melambat, terutama untuk bangunan tinggi (high rise building). Meski masih lesu, Mahelan menyebut potensi pembiayaan perumahan yang bisa digali masih sangat jumbo. Sebab, saat ini ada backlog lebih dari 7 juta untuk perumahan. "Namun daya beli masyarakat yang menurun, mengakibatkan pertumbuhannya banyak ditopang perumahan subsidi," sambungnya.
Baca Juga: Catat bunga deposito di awal pekan ini, tertinggi 6,8% Menurutnya, penurunan suku bunga saja tidak dapat secara langsung mendorong permintaan KPR. Alhasil, regulator pun sudah memberi banyak relaksasi untuk meningkatkan pertumbuhan properti, diantaranya pelonggaran
loan to value (LTV) oleh Bank Indonesia. Ia berharap, lewat stimulus tersebut pertumbuhan kredit perumahan baru mulai terasa kenaikannya di tahun depan. Sementara itu, Direktur Keuangan PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) Ferdian Timur Satyagraha punya pandangan berbeda. Menurutnya, tren penurunan suku bunga yang terjadi saat ini tidak terlepas dari kebijakan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) yakni The Fed. Menurut kacamata Ferdi, penurunan bunga The Fed sebanyak tiga kali di tahun ini pun banyak disebabkan faktor usulan dari Presiden AS Donald Trump. "Trump berpendapat apabila suku bunga diturunkan sampai minus akan merangsang laju kredit, ini menjadi kontraksi lantaran The Fed merasa ekonomi AS sudah stabil," jelasnya.
Editor: Handoyo .