Wabah corona berpotensi tunda proyek petrokimia dalam negeri



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri manufaktur harus mempertahankan operasionalnya di tengah wabah virus corona ini. Merebaknya wabah tersebut terbukti menjadi ancaman bagi dunia usaha dan berdampak bagi tertundanya beberapa proyek para pelaku industri.

Seperti sektor industri petrokimia, yang mau tak mau harus menunda beberapa rencana investasi baru di dalam negeri. "Untuk sementara memang cooling down dulu, ada beberapa proyek (hulu dan hilir) yang ditunda," ujar Fajar Budiono, Sekjen Asosiasi Industri Olefin, Aromatik dan Plastik Indonesia (Inaplas) kepada Kontan.co.id, Senin (30/3).

Baca Juga: Ringankan beban pengusaha, Hipmi dukung program kartu prakerja


Bagi produsen petrokimia yang sudah mulai konstruksi pabrik, tentu ada sedikit hambatan. Sebab beberapa tenaga ahli asing yang bertindak sebagai lisensor tentu mengalami kendala masuk ke Indonesia di tengah kondisi ini.

Fajar mencatat, beberapa industri petrokimia yang berniat berinvestasi seperti Lotte Chemical yang masih dalam proses tender tentunya ada post-poned. Begitu pula dengan proyek Tuban Petrochemical dan Pertamina yang juga ikut tertunda.

Inaplas memperkirakan banyak proyek petrokimia baik hulu dan hilir yang mundur kisaran setengah sampai satu tahun kedepan. Dari segi produksi, Fajar memperkirakan bakal ada penurunan dibandingkan tahun lalu, hanya saja ia tak merinci penurunan tersebut.

Menilik riset dari Nexant, kapasitas produksi industri petrokimia Indonesia mencapai 9,4 juta ton per tahun dengan beragam produk jadi mulai dari etilen, propilen, polipropilen, butanol dan sebagainya. Selain produksi menurun, permintaan dipasaran juga mengalami pelemahan.

Baca Juga: Tujuh usulan kebijakan untuk Jokowi agar RI terhindar krisis akibat corona

Dari segi permintaan, Inaplas yakin masih ada hanya saja distribusi yang terganggu menjadi hambatan utama bagi penyerapan produk petrokimia di pasaran. "Saat ini stok barang cukup banyak di produsen, jadi fokusnya lebih kepada bagaimana bisa maksimal terserap ke pasaran," sebut Fajar.

Editor: Tendi Mahadi