WHO: Perokok tembakau dan sisha berisiko tinggi terkena Covid-19



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perokok tembakau dan sisha, sama-sama berisiko tinggi terpapar Covid-19. Penelitian menunjukkan perokok berisiko tinggi mengalami gejala yang parah jika terpapar SARS-CoV-2, virus corona penyebab Covid-19. 

Dilansir laman resmi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), perokok dalam bentuk apapun, baik itu rokok tembakau maupun shisha memiliki risiko yang sama terhadap infeksi Covid-19. 

Baca Juga: Kasus Covid-19 Jawa Timur melampaui DKI Jakarta, epidemiolog beri penjelasan


Shisha atau hookah adalah tabung berisikan air yang digunakan untuk merokok ala Timur Tengah. Shisha umumnya dinikmati di kafe dan restoran, juga di rumah. 

Segala jenis rokok tembakau berbahaya bagi kesehatan tubuh, terutama pada sistem pernapasan. Diketahui, rokok merupakan penyebab penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), peradangan paru yang menghalangi aliran udara dari paru-paru akibat adanya pembengkakan dan lendir atau dahak, sehingga menyebabkan sulit bernapas. 

Selain itu, tembakau juga dapat mempengaruhi sistem kardiovaskular, yang berfungsi untuk mengalirkan darah ke seluruh tubuh dengan melibatkan jantung dan pembuluh darah. Jika sistem ini terganggu maka menimbulkan penyakit kardiovaskular, diantaranya gangguan jantung dan stroke. 

Sistem kardiovaskular yang lebih lemah di antara pasien Covid-19 dengan riwayat penggunaan tembakau, dapat membuat pasien tersebut lebih rentan terhadap gejala parah, sehingga meningkatkan risiko kematian. Tak hanya itu, rokok juga menyebabkan penyakit tidak menular lainnya seperti diabetes, kanker, hingga hipertensi. 

Baca Juga: Tren Face shield untuk cegah COVID-19,l ini kelebihan dan kekurangannya

Penelitian pada 55.924 kasus Covid-19 yang dikonfirmasi di laboratorium menunjukkan, bahwa angka kematian kasar (crude death rate) pada pasien Covid-19 yang memiliki penyakit bawaan akibat rokok jauh lebih tinggi, ketimbang non-perokok.  

Perokok yang terinfeksi Covid-19 dapat berujung dengan perawatan di ICU dan menggunakan ventilator. Ini menunjukkan bahwa kondisi yang sudah ada sebelumnya dapat meningkatkan kerentanan individu tersebut terhadap Covid-19.  

Editor: Tendi Mahadi