Fluktuasi harga minyak, ini skenario perubahan target dan rencana kerja Pertamina EP



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tekanan pada harga minyak dunia membuat sejumlah perusahaan minyak dan gas (migas) menyiapkan strategi mitigasi. Tak terkecuali bagi PT Pertamina EP, anak usaha PT Pertamina (Persero) di sektor hulu.

Direktur Utama Pertamina EP Nanang Abdul Manaf mengungkapkan, perusahaan sudah menyiapkan berbagai skenario untuk menyesuaikan target dan rencana kerja perusahaan di tahun ini. Menurutnya, skenario tersebut utamanya menyesuaikan asumsi harga minyak mentah Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP) yang menjadi acuan dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) tahun 2020.

Nanang bilang, skenario tersebut juga mempertimbangkan berbagai asumsi dan parameter keekonomian seperti kurs dolar Amerika Serikat, anggaran belanja modal atawa capital expenditure (capex) dan operational expenditure (opex). Penyesuaian pada asumsi ICP tersebut bakal ikut mengubah proyeksi pendapatan dan laba perusahaan di tahun ini.


Baca Juga: Terjadi kebakaran, Pertamina EP sudah stabilisasi area CPP Gas Gundih

Dalam RKAP 2020, ICP masih diasumsikan di angka US$ 63 per barel. Namun, di tengah kondisi seperti sekarang, ICP ikut anjlok seiring dengan tren pelemahan harga minyak mentah dunia. ICP Maret 2020 anjlok menjadi US$ 34,23 per barel, turun US$ 22,38 per barel atau 39,5% dibanding ICP Februari yang masih berada di level US$ 56,61 per barel. m Nanang bilang, pihaknya menyiapkan skenario ICP di angka US$ 50, US$ 40, US$ 30 dan US$ 20 per barel. "Yang utamanya ICP, kami buat beberapa skenario. Maka harus ada adjustment terhadap besaran capex dan opex supaya masih bisa memberikan profit," kata Nanang saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (12/4).

Ia menjelaskan, skenario penyesuaian tersebut tidak hanya terjadi dari sisi keuangan saja, melainkan akan mengubah rencana operasional atau produksi migas Pertamina EP. Nanang memberikan gambaran, pada harga minyak rata-rata US$ 30 per barel, maka akan ada pemangkasan sekitar 42 sumur pengembangan yang akan ditunda pengeborannya.

"Kalau capex dan opex kami potong, jumlah program kerja terkait produksi juga berpengaruh. Sumur yang dibor dan workover turun, target produksi juga turun," terang Nanang.

Editor: Anna Suci Perwitasari