KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perubahan paradigma dan keterlibatan aktif multi-sektoral sangat dibutuhkan dalam menekan prevalensi perokok di Indonesia yang tercatat sudah mencapai 33,8% per tahun 2018 berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan. Ketua Koalisi Indonesia Bebas TAR (KABAR) Ariyo Bimmo menyebutkan saat ini ada sejumlah hal yang menjadi tantangan dalam upaya penurunan prevalensi perokok serta efek konsumsi tembakau di Indonesia. Salah satunya adalah paradigma yang masih lebih berpusat pada bebas risiko (zero risk) dibanding mengurangi risiko atau bahaya (risk/harm reduction).
Indonesia butuh perubahan paradigma untuk tekan prevalensi perokok
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perubahan paradigma dan keterlibatan aktif multi-sektoral sangat dibutuhkan dalam menekan prevalensi perokok di Indonesia yang tercatat sudah mencapai 33,8% per tahun 2018 berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan. Ketua Koalisi Indonesia Bebas TAR (KABAR) Ariyo Bimmo menyebutkan saat ini ada sejumlah hal yang menjadi tantangan dalam upaya penurunan prevalensi perokok serta efek konsumsi tembakau di Indonesia. Salah satunya adalah paradigma yang masih lebih berpusat pada bebas risiko (zero risk) dibanding mengurangi risiko atau bahaya (risk/harm reduction).