KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bahan baku yang masih didapatkan secara impor membuat sektor farmasi menjadi salah satu yang paling rentan terhadap pelemahan nilai tukar rupiah. Adapun kurs rupiah sempat menembus di atas level Rp 15.000 pada pekan lalu. Kurs rupiah masih bertahan di sekitar area Rp 15.000, meski di pasar spot rupiah ditutup menguat 0,15% ke Rp 14.979 per dolar Amerika Serikat (AS) pada Jumat (8/7). Namun, di awal pekan ini, rupiah kembali bergerak tipis dan rawan tembus ke atas Rp 15.000 per dolar AS lagi. Sejumlah emiten farmasi pun telah pasang strategi mengantisipasi pelemahan nilai tukar rupiah ini.
PEHA Chart by TradingView Sementara itu, Presiden Direktur PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) Vidjongtius mengungkapkan bahwa ketersediaan bahan baku obat dan susu serta durasi pengiriman logistik yang bertambah panjang menjadi tantangan industri saat ini. Di tengah situasi makro dan mikro yang menyimpan banyak tantangan, KLBF memakai kombinasi empat pilar bisnis. Empat pilar tersebut memiliki kombinasi segmentasi produk di masing-masing pilar. Meliputi obat resep, obat bebas atau consumer health, nutrisi, serta distribusi & logistik. KLBF juga memiliki kebijakan untuk menyediakan cadangan devisa internal sekitar US$ 50 juta - US$ 60 juta untuk pendanaan bahan baku. Adapun sumber impor bahan baku berasal dari beberapa negara seperti China, India, Jepang, Australia, dan berbagai negara di Eropa. Vidjongtius menambahkan, sejak akhir tahun lalu KLBF juga sudah menaikkan jumlah persediaan untuk mengamankan suplai, sehingga obat kesehatan selalu tersedia di pasar. "Dengan adanya persediaan yang bertambah sejak akhir tahun lalu maka dalam jangka pendek masih bisa ditahan tapi kalau berlarut lama maka biaya produksi bisa meningkat," sebut Vidjongtius.