ITHA jembatani produsen dongkrak ekspor ke negeri Kanguru



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia dan Australia setuju untuk meningkatkan nilai perdagangan dengan melakukan ratifikasi perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Australia (IA-CEPA). Melalui kesepakatan itu kedua negara sepakat menghapuskan sebagian besar tarif perdagangan secara efektif.

Tujuannya tentu saja untuk meningkatkan perdagangan bilateral yang pada tahun 2019 bernilai U$ 7,8 miliar atau sekitar Rp 78 triliun. Salah satu terobosan untuk mendongkrak ekspor Indonesia ke negeri Kanguru itu adalah dengan hadirnya Indonesia Trading House Australia (ITHA).

"Kami menjembatani para pengusaha domestik, untuk mempercepat peluang perdagangan komersial dan investasi antara Indonesia dan Australia, terutama di bawah skema Indonesia Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA CEPA)," kata Yongki Susilo, CEO Indonesia Trading House Australia (ITHA), Selasa (8/12).


Dijelaskannya, Indonesia Trading House Australia adalah perusahaan terbatas terdaftar di Australia, yang dibentuk pada September 2020 sebagai satu-satunya mitra dari Indonesia Chamber of Commerce and Industry (KADIN) Indonesia Trading House.

Baca Juga: Proses ratifikasi IE-CEPA ditargetkan rampung awal tahun depan

"Jadi keberadaan kami untuk membantu perusahaan dan UMKM kita dalam menjajakan produknya ke Australia. Ini untuk mendongkrak ekspor kita ke luar negeri apalagi di masa pandemi global yang masih melanda dunia saat ini," lanjutnya.

Ditambahkannya, dengan fokus pada pasar Australia dan Oseania, ITHA akan mengkurasi Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) yang siap ekspor dan mengundang calon importir untuk mengimpor produk siap.

Berbagai sektor usaha tersebut seperti produk makanan & minuman, produk khas (rempah-rempah, kopi, teh, dan makanan laut), produk merek artisan (fashion, sepatu, furnitur, dan kerajinan), dan produk terdaftar GI (Indikasi Geografis).

"Kita harus memanfaatkan kesempatan penghapusan tarif ini sebagai keunggulan. Jangan sampai dilewatkan dan kita hanya jadi konsumen saja," tegasnya.

Editor: Yudho Winarto